Kamis, 29 Agustus 2013
Cerita Dewasa : Gairah Mesum di Bioskop Umum
Cerita Dewasa : Gairah Mesum di Bioskop Umum - Sarah dengan iri memandangi para penonton di bisokop itu yg sedang berduaan dengan pacarnya , sedangkan ia duduk di runag tunggu ini sendirian tanpa ada seorangpun yang menemani.
Beberapa hari yang lalu Sarah mendengar klo pacarnya selingkuh dengan kawan baiknya , awalnya Sarah ga percaya , namun kemarin ia melihat dengan mata kepalanya sendiri dan dengan perasaan sakit hati , ia langsung memutuskan hubungan dengan pacarnya.
Hari ini ia merasa suntuk dan bete dirumah , maka ia memutuskan untuk pergi saja ke bioskop sendirian , kebetulan film yg ia tunggu sudah diputar di bisokop.
Vian bersiap pergi ke bisokop , ia bercermin untuk terakhir kalinya, cermin di kamarnya memantulkan sosok wajah cantik, dengan tank top biru muda menutup tonjolan di dada yg cukup besar , rok mini denim , memeperlihatkan keahlusan dan kemulusan kaki seorang gadis belia . puas dengan penampilannya ia pun segera pergi ke bioskop.
Di dalam ruang teater , susananya cukup penuh , karena ini adalah pemutaran perdana alias premiere.
Sarah menempati tempat duduknya , dan sementara film belum mulai diputar , pikiran Sarah melayang , memikirkan tentang mantannya dan masa masa indah dulu.
"maaf...permisi mbak ...numpang lewat......." sebuah suara mengaggetkan Sarah.
seorang pria tampan tampak tersenyum pada Sarah , tatapan pria itu menimbulkan perasaan aneh pada diri Sarah.
"ooh..ya ..maaf..." kata Sarah tersadar dan memberi jalan untuk pria itu lewat, dan ternyata pria itu duduk tepat disebelahnya.
setelah duduk pria itu kembali menatap Sarah,, tersenyum dan mengucapkan terima kasih, perasaan aneh pada diri Sarah kembali muncul, entah apa.... Sarah tak mau terlalu ambil pusing , film sudah dimulai.
Film sudah berjalan setengahnya , saat Sarah merasakan ada yg menyentuh lengannya, ia menoleh dan melihat pria itu sedang mengelus elus lengan Sarah tapi tatapan matanya tetap pada layar.
Sarah bisa saja marah dan memaki maki pria kurang ajar itu , namun entah mengapa ia membiarkan pria itu mengelus elus lengannya.
merasa tak ada penolakan dari Sarah , pria itu terus mengelus elus lengan Sarah, sambbil terus menatap pada layar.
Sarah sendiri hanya terdiam nafasnya seolah terhenti , ia tak bisa ( atau tak mau) menolak perlakuan pria itu , ia malah memejamkan mata seolah menikmati sentuhan demi sentuhan yg dilakukan oleh pria disebelahnya. Getaran getaran di tubuhnya terasa semakin kuat.
Sarah segera membuka mata dan tubuhnya bagai kena sengatan listrik saat ia merasakan tangan pria itu melewati lengannya dan menyentuh buah dadanya, awalnya hanya sentuhan sentuhan kecil , namun ketika kembali tak ada reaksi penolakan dari Sarah , sentuhan pria ini berubah menjadi remasan remasan yg membangkitkan bbirahi Sarah.
Dengan sedikit takut Sarah meoleh ke penonton di sebelahnya , ternyata org itu serius menonton.
Pria asing itu terus menerus meremas buah dada Sarah, menyebabkab puting Sarah perlahan mengeras tanda Sarah sudah sangat terangsang.
Pria itu sepertinya tahu hal itu , maka dengan berani tangannya menelusup masuk ke balik tank top Sarah dan menyentuh langsung buah dada itu.
tiba tiba handphone penonton disebelah berbunyi , membuat pria itu dengan segera menarik tangannya dan duduk manis seolah tak ada apa apa.
Sarah sendiri masih bingung apa yg terjadi , ia sama sekali tak kenal pria ini tapi ...kenapa ia membiarkan pria itu berbuat kurang ajar padanya , membiarkan menyentuh tubuhnya , bahkan saat ini birahi Sarah semakin naik dan berharap pria ini kembali menyentuhnya.
Setelah beberapa menit , Sarah merasakan ada yag menelusup masuk ke balik rok pendeknya, mengelus elus paha mulusnya.
Sarah hanya menarik nafas panjang sambil menatap pria itu, dan seperti sebelumnya sambil menyentuh Sarah pandangan pria itu masih terarah pada layar.
Sarah mengerang tertahan saat sentuhan pria itu tiba di bagian sensitifnya , jari jari pra itu bergerak menggeliitk dengan gerakan putaran, tanpa sadar Sarah semakin melebarkan kakinya.
Cerita Dewasa : Sarah semakin terangsang dengan sentuhan erotis pria itu , vaginanya sudah mulai basah.
bahkan dalam diri Sarah ingin membalas perlakuan pria itu , dan menyetuh penisnya , ia seolah ingin penis pria itu masuk ke mulutnya.
Sarah memandang pria itu , yg ternyata juga sedang memandangi Sarah.
Mereka berdua saling berpandangan cukup lama , sampai akhirnya pria itu tersenyum dan bangkit sambil menarik tangan Sarah unutk ikut dengannya , Sarah sendiri dengan patuh ikut dengannya.
Dengan berdebar debar penuh gairah , Sarah mengikuti pria itu dan masuk ke toilet wanita, saat itu toilet sedang kosong.
Setelah mengunci pintu , mereka berciuman dengan ganasnya seolah mereka sepasang kekasih yg telah lama tidak bertemu.
Pria itu menarik pinggang Sarah dan merangkul erat tubuh molek gadis itu , Sarah bisa merasakan tonjolan penis pria itu menyentuhnya.
Ciuman mereka semakin ganas , lidah merak saling menyapu , pandangan mata mereka memancarkan gairah yg tak tertahankan.
Sambil terus berciuman, tangan pria itu beraksi di balik tank top Sarah , dan meremas remas nya sedikit keras, sampai akhirnya pria itu melepas tank top itu.
Pria itu menggemgam bulatan buah dada Sarah, menurunkan kepalanya dan mulai menjliati buah dada yg indah itu.
Ia menjilati puting Sarah dengan ujung lidah , meniupnya pelan , membuat Sarah bergidik dan geli, dilanjutkan dengan mengulum dan menyedot buah dada itu , lidahnya bergerak gerak memutar , membuat Sarah merintih nikmat , meresapi sensasi sensual ini.
Sarah kemudian menurunkan tubuhnya membuka kancing celana pria itu dan menurunkannya.
Pria itu hanya tersenyum menatap Sarah , saat Sarah juga menurunkan celana dalam yg mengurung penisnya.
Tak membuang waktu , Sarah menggengam penis itu ,menjliati dan mengulumnya sehingga makin mengeras.
Sarah bisa merasakan denyutan penis itu saat beraksi dengan jilatannya. Ujung kepala penis itu Sarah jilati memutar dengan lidahnya lalu kemudian dikulumnya beberapa saat dan diulang kembali, terus sampai Sarah semakin kuat menyedotnya.
nafas pria itu terdengar semakin berat menahan birahi.
Denyutan penis itu dirasakan Sarah semakin kentara saat tak lama kemudian memuntahkan isinya , langsung masuk ke tenggorokan Sarah.
Semburan spermanya ternyata cukup banyak ,Sarah tak mampu menelan semuanya , sebagian menetes diantara bibirnya yg manis. tanpa merasa jijik Sarah menelan cairan asin itu dan menjilati sisa sia yg menempel di penis pria itu.
"giliran saya..." kata pria itu samil mendorong Sarah ke dinding.
Pria itu melepaskan rok mini Sarah dan tentu saja bersama dalamannya.
Pria itu menciumi pangkal paha Sarah , menjilatinya , memainkan lidahnya di bibir vagina dan clitnya membuat Sarah tersiksa oleh kenikmatan.
Jilatan lembut pria itu diselingi dengan sedotan sedotan yg membuat Sarah makin menggelinjang tak tertahankan, mengetahui Sarah sudah terangsang tak tertahankan. pria itu berdiri dan tanpa basi basi langsung menusuk vagina itu dengan penisnya.
"aaaauhhhhhwhw...." Sarah mengerang saat penis itu menerobos masuk ,untuk memudahkan pria itu menagngkat kedua kaki Sarah dan kemudian mulai mendorong dorong keras penisnya masuk semakin dalam.
Sarah tak bisa menahan erangannnya , mulutnya terus merintih dan mengerang menikmati serangan demi serangan.
tiba tiba si pria mencabut kembali penisnya , membalikan tubuh Sarah , sedikit dibungkukkan dan menembusnya kembali dari belakang.
Sarah kemudian menyadari dalam posisi seperti ini , ia tak mungkin mencapai orgasme , maka ia memaksa pria itu mencabut kembli penisnya , medorongnya duduk di toilet, dan Sarah naik ke atasnya.
Sarah mencari posisi yg tepat ,, hingga penis pria itu kembali menembusnya .
posisi seperti itu ternyata menguntungkan juga bbagi pria itu , ia bbisa meremas buah dada yg menggemaskan itu . setiap Sarah bergerak buah dadanya turut bergoyang menggoda.
Butuh waktu yg agak lama sampai akhirnya mereka mencapai puncak dari kenikmatan permainan mereka.
Setelah puas mereka kembali berpakaian dan secara terpisah kembali ke tempat duduk masing masing ,
dan saat film usai . si pria asing itu tersenyum pada Sarah dan menjatuhkan sebuah kartu nama pada pangkuan Sarah.
Cerita Seks : Mbak Mirna Montok Menggairahkan
Cerita Seks : Mbak Mirna Montok Menggairahkan - Namaku Bagus, 28 tahun, kisah ini terjadi 3 tahun lalu ketika aku memulai karir baru sebagai auditor di PTPN IV di kawasan perkebunan Teh di Jawa Barat.
Aku tinggal seorang diri di rumah dinas mungil dan asri semi permanen di sekitar kebun. Untuk keperluan bersih2 rumah dan mencuci pakaian aku mempekerjakan seorang pembantu harian, mbak Mirna.
Wanita ini berumur 44 tahun, hitam manis, tinggi skitar 160 dan tubuhnya sedikit gempal. Mbak Mirna asli Solo, dia menikah dan ikut suami yg bekerja di perkebunan ini. 5 tahun yg lalu suaminya wafat dan meninggalkan seorang balita perempuan berumur 5 tahun. Mbak Mirna mengontrak rumah kecil di desa sekitar perkebunan bersama ibu mertuanya yg sdh tua.
5 bulan mbak Mirna melayani keperluanku dgn baik, meski agak pendiam dan memang kami jarang bertemu kecuali di akhir pekan. Gaji yg aku berikan sebenarnya diatas pasaran, ttp mungkin karena besarnya kebutuhan beliau sesekali meminjam uang dariku. Belakangan mbak Mirna meminjam uang lebih besar dari biasanya, setelah aku tanya dgn detail akhirnya dia mengakui telah terjebak rentenir akibat kebiasanya membeli togel dan arisan.
Tidak mengerankan, hanya beberapa bulan berlalu mbak Mirna telah meminjam uangku lebih dari 2 jt, dan pada usahanya meminjam terakhir aku menolaknya dengan halus.
Pagi itu dia sangat bingung dan panik, dengan meneteskan air mata beliau mencoba terus memohon utk memberinya pinjaman sekitar 1,5 jt utk menutupi tuntutan hutang dari bandar judi togel di desa.
Aku kembali menolak dengan tegas, dan mbak Mirna terus terisak.
Aku memperhatikan wanita paruh baya ini dgn seksama, wajahnya seperti kbanyakan wanita jawa pada umumnya,tdk cantik tp aku akui masih terlihat lebih muda dari umurnya. Dan sebenarnya selama ini juga aku sesekali melirik tubuh bawahnya yg msh kencang dan bahenol walau pikiran kotorku tdk melangkah lebih jauh.
Semalam, aku dan beberapa temanku sempat iseng nonton film blue sambil makan sate kambing dari warung makan Pak Kirun di ujung desa dan minum beberapa botol anker bir.
Pagi itu terasa akumulasinya. Kesadaranku belum begitu pulih.
Aku mencoba menepis pikiran itu, bagaimanapun itu bukan diriku yang sebenarnya. Mbak Mirna juga jauh dari tipe wanita yg aku inginkan. Terlebih aku takut dengan akibat yg bisa saja terjadi. Bagaimana kalau dikemudian hari kenekatanku akan berbalik menjadi bencana utk diriku dan karir.
Pikiranku masih silih berganti antara pertimbangan kotor dan waras. Mbak Mirna masih duduk bersimpuh di depanku sambil melelehkan air mata. Ruangan menjadi sunyi. Well, aku tidak mungkin tega menolak permohonanya, tapi setidaknya dia harus belajar utk berfikir panjang.
"Jangan duduk di lantai mbak, dikursi aja, saya jadi gak enak" aku memulai bicara.
"Nggih Den.."
Dia bangkit untuk berdiri,bagian bawah pada daster lusuh itu sedikit tersingkap ketika dia berdiri, ada bagian yg tidak sengaja menyangkut pada tonjolan kepala peniti pada kancing terbawahnya,sebagian pahanya yang besar dan lututnya terkuak
dihadapanku beberapa detik. Buru2 dia menariknya kebawah begitu tersadar. Pikiranku kembali kacau.
"Hmm...bingung saya mbak.."Jawabku, kepalaku masih terasa pusing hasil minum2 semalam, aku menekan sisi kiri kepalaku.
"Kenapa den, pusing?" Tanya mbak Mirna.
"Iyah, semalem begadang sm temen2.." Jawabku.
"Mbak ambilin aer putih sebentar.."Serunya sambil segera berlalu ke dapur.
Sekelebat aku masih sempat melihatnya melangkah pelan, setan makin kuat mempermainkan pikiranku. Bongkahan pantat itu bergoyang2 dibalik daster, mungkin pakaian dalamnya sdh sempit, dan bayangan tentang pahanya yg td sempat terlihat itu makin menggangguku.
"Makasih mbak" ujarku ketika menerima segelas air putih dan meminumnya perlahan.
Mbak Mirna masih berdiri di depanku, menungguku selesai minum. Aku menyumpahinya dalam hati, melihat tubuhnya lebih dekat seperti itu pikiranku makin terpuruk.
"Duduk aja mbak, santai aja, kita bicarain dengan tenang " ujarku.
"Iya den.." Jawabnya pelan.
"Gak kebanyakan mbak mo minjem segitu?, terus terang saya keberatan, kayaknya yg kemaren2 sudah cukup.." Ujarku memulai kembali pembicaraan.
"Sebenernya utangnya sejuta tuju ratus den, tapi mbak nambain pake simpenan dirumah, tolong banget den, mbak sebenernya malu banget tp kepaksa.."Jawabnya dengan suara lirih.
"Waduh.."Jawabku terputus.
Aku kembali terdiam, kepalaku masih terasa pusing. Aku menatap pemandangan luar dari jendela. Sebenarnya tidak jadi soal utk soal jumlah uangnya, cuma sisi gelapku masih mencoba meyakinkanku utk mengambil kesempatan.
Mbak Mirna menatap ke lantai, pikiranya masih kalut. Dia menanti jawabanku dengan putus asa. Aku akhirnya menyerah, biarlah, ini utk terakhir aku membantunya, dan berharap dia segera pulang agar sesuatu yg terburuk tidak terjadi pagi ini.
"Okay mbak, sebenarnya ini berat buat saya.." Ujarku.
"Mbak rela ngelakuin apa aja den supaya den percaya mbak mau balikin uangnya.."Sergahnya.
"Apa aja.." Waduh, kata2 itu sangat menggelitik benakku. Perempuan bodoh, seruku dalam hati.
"Ngelakuin apa aja maksudnya apa nih mbak.."Tanyaku sambil tersenyum.
"Apa aja yg den Bagus minta mbak kerjain .."Jawabnya lugu.
"Selain urusan rumah memang apa lagi yg bisa mbak kasih ke saya?" Kalimatku mulai menjebak.
"Hehe..apa aja den.." Jawabnya sambil tersipu.
"Mbak..mbak..hati2 klo ngomong.."Aku menghela nafas menahan gejolak batin.
"Maksudnya apa den.."Tanyanya heran.
"Saya ini laki2 mbak, nanti kalo saya minta macem2 gimana.."Lanjutku mulai berani.
"Mbak gak paham den.." Wajahnya masih bingung.
"Yaa gak usah bingung, katanya mau ngelakuin apa aja.."Godaku.
"Yaa sebut aja den, nanti mbak usahain kalo memang agak berat dikerjain.."Jawabnya.
"Walah..mbak..mbak..yaa sudah saya ambil uangnya sebentar, tapi janji yah dikembaliin secepatnya"aku berusaha menyudahi percakapan ini.
"Makasih den..makasih banget.."Jawabnya lega.
"Tapi emangnya den Bagus tadi mau ngomong apa,mungkin mbak bisa bantu?"Lanjutnya.
Aku yg tengah berjalan menuju kamar terhenti, kali ini pikiranku sudah tidak terkontrol lagi, kalimat itu seperti akan meledak keluar dari mulutku.
Aku membalikan badan, menatapnya dengan seringai aneh.
"Mbak yakin mau nurutin apa aja kemauan saya?"Sergahku.
"Iya den, ngomong aja.."Jawabnya.
Dasar perempuan bodoh ujarku dalam hati.
" Saya kepengen mbak masuk ke kamar saya.."Kalimat selanjutnya seperti tercekat ditenggorokan.
"Terus Den?" Tanyanya penasaran.
" Mbak temenin saya tidur.."Ucapanku serasa melayang diudara, jantungku berdegup kencang.
Wajahnya sontak kaget dan bingung. Aku tau dia pasti akan bereaksi seperti itu, tapi salahnya sendiri. Aku sudah berusaha keras utk menahan diriku utk tidak berniat aneh pada dirinya tapi kesadaranku belum penuh utk melawan kegilaan ini.
"Maksudnya..maksudnya apa den..mbak kok jadi takut.."Wajahnya mulai memucat.
"Iya temenin saya di ranjang, saya lagi kepengen gituan dengan perempuan sekarang.."Jawabku, aku tau mukaku memerah.
"Mmm...tapi..tapi itu kan gak mungkin den.."Ujarnya dengan suara pelan.
"Mungkin aja kalo itu syaratnya mbak mau pinjem uang.."Jawabku .
Ruangan kembali sunyi, mbak Mirna tertunduk, menggenggam kedua tanganya dengan gelisah. Ada rasa sesal telah mengucapkan kalimat tadi, tapi sudah terlanjur. Aku sudah tidak mungkin menariknya, sekarang biar sisi gelapku yg bertindak.
"Gimana mbak?" Tanyaku sambil kembali duduk dikursiku.
"Tapi itu gak mungkin Den..gak mungkin..mbak bukan perempuan kaya gitu.." Jawabnya, suaranya kembali lirih.
"Hhhh..." Aku menghela nafas berat.
Mbak Mirna wajahnya kembali muram, matanya menatap ke luar pintu, kosong, sperti berpikir keras.
"Mbak gak nyangka kok aden bisa2nya minta yang kaya gitu..mbak ini sdh tua..gak pantes .."
Aku diam beberapa saat. Ada rasa amarah tanpa alasan bermain dipikiranku.
"Itulah laki2 mbak.." Hanya itu kalimat yg bisa meluncur dari mulutku.
Dia mungkin menyesal telah mengucap kata2 yg tadi memancing kenekatanku. Tapi situasinya sudah terjepit, wanita lain mungkin akan menghardiku dan segera pergi menjauh, sementara mbak Mirna tidak punya pilihan lain.
"Sekarang terserah mbak, saya tetep kasih uang yg mbak minta, kalo mbak mau menuhin kemauan saya okay, gak juga silahkan.."Jawabku pelan sambil melangkah ke kamar.
Aku kembali ke ruang tamu dengan sejumlah uang ditangan. Aku meletakanya pelan di atas meja kecil di depannya. Wajahnya masih terlihat tegang, dia hanya melirik sebentar ke arah meja kemudian kembali tenggelam dalam pikiranya.
Kami kembali sama2 membisu. Sesekali aku menatapnya, dia menyadari tengah diperhatikan olehku.
"Den...apa aden yakin ...?" Tiba2 dia berucap.
"Sebetulnya saya gak tega mbak, tapi entahlah..itu yg ada dalam otak saya sekarang..terserah mbak de.."Jawabku dengan tenang.
Matanya berkaca2 menatap langit2 ruangan, perasaanya pasti tertekan. Dia kembali terdiam.
"Hmmmm...baiklah Den..mbak gak tau lagi mo ngomong apa, atau harus kaya mana sekarang..kalo itu maunya aden..terserahlah..jujur aja mbak teh takut banget..mbak bukan prempuan gitu den..mbak memang janda..tapi bukan.."
"Sudahlah mbak, klo memang bersedia, skarang saya tunggu di kamar, kalo keberatan, silahkan ambil uangnya dan segera pulang.."Ujarku tegas, kemudian aku bangkit berdiri dan melangkah ke kamar.
Aku membaringkan tubuhku di kasur, trus terang aku pun dilanda ketakutan.Aku tengah dilanda gairah, tapi was2 dengan kemungkinan buruk yg bisa saja terjadi.
Butuh beberapa menit menunggu, pintu kamarku yg memang tidak terkunci perlahan2 bergerak terbuka. Mbak Mirna melangkah masuk sambil tertunduk, terlihat sangat kikuk.
Dia berdiri menatapku di samping ranjang, tatapanya penuh arti. Well, kalo saja aku tidak terlanjur berpikiran mesum mungkin aku segera berlari keluar kamar, aku merasakan takut yg sama seperti yg dirasa mbak Mirna.
Tapi aku berusaha tenang, aku bangkit dan duduk di pinggir kasur.
"Mbak yakin mau ngelakuin ini"?tanyaku.
"Hhh..sekarang smuanya terserah aden aja.."Jawabnya pasrah.
Aku menatapnya lekat2, pandanganku menelusuri seluruh tubuhnya, seperti ingin menelannya hidup2.
Tangan kananku meraih jemari kiri tanganya. Aku memegangnya pelan, jemari itu terasa dingin dan gemetar.
Memang sudah harus kejadianya seperti ini, apa lagi yg aku tunggu ujarku dalam hati. Makin cepat makin baik, setan itu membisiki bertubi2.
Aku menarik tangan itu agar tubuhnya mendekat. Niatku sebelumnya ingin memeluknya terlebih dahulu, tapi nafsuku sudah tidak tertahankan. Aku segera meneruskan dorongan tubuhnya yg limbung terhempas ke atas kasur.
Begitu dia terhenyak di sampingku, aku langsung menerkamnya, menghimpitnya dibawah tubuhku dan ciumanku langsung mendarat dibibirnya.
Aku tidak memberikanya waktu utk berpikir, aku melumat2 bibirnya, menciumi dengan kasar lehernya dan trus bergerak menjelajahi bagian dadanya.
Nafasnya tersengal, wajah itu masih terkaget2 dengan apa yg sedang aku lakukan. Jemariku segera beraksi, aku menjamah bongkahan pahanya dibawahku, daster itu telah tersingkap ke atas.
Aku seperti kesetanan menciumi pahanya yg besar, mengecup berkali2 selangkanganya dan jemari tanganku yg lain langsung meremas buah dadanya. Gerakanku cepat terburu nafsu.
Sebentar saja seluruh tubuhnya telah ku jamah. Aku masih menciuminya membabi buta. Tak lama kemudian aku bergerak cepat membuka lepas pakaianya.
"Den..jangan den..sudaah.." Serunya ketika aku kembali menciuminya,hanya hanya bra dan celana dalamnya yg tersisa menutupi tubuhnya. Seraya kedua tanganya berusaha mendorong tubuhku.
Aku tidak memperdulikan perlawananya. Aku menduduki perutnya sambil kedua tanganku bergerak melepas bajuku.
Nafasku memburu, yg keluar dari mulutku hanyalah desahan penuh nafsu angkara murka. Wanita ini makin ketakutan melihatku.
Kemudian aku bangkit berdiri di atasnya. Kedua tanganku bergerak cepat melepas celana pendek dan celana dalamku. Mbak Mirna menangis.
Aku tidak perduli lagi, kejantananku telah berdiri mengacung di atasnya, mbak Mirna makin panik melihatku. Jemariku bergerak2 mengocok2 cepat batang penisku sehingga semakin keras berdiri, matanya terpejam basah.
"Den..sudahlah den...jangan..sudahlah..mbak gak jadi pinjem uang..sudaaah.."Jeritnya ketika aku kembali menduduki perutnya. Dia berusaha meronta tapi kedua tanganku dengan kuat menahan tanganya pada kedua sisi bantal.
"Sudah telat mbak" Suaraku bergetar menghardiknya.
Aku memaksa kedua paha sekel itu terbuka, dia masih berusaha menutupnya rapat. Kami bergumul beberapa saat, begitu ada celah aku segera menekan kuat selangkanganku di dalam jepitan pinggul mbak Mirna.
Dengan gerakan kasar aku menarik ke samping paha kirinya. Tanganku langsung bergerak menuntun penisku ke arah vaginanya.
Aku sempat salah memposisikanya, dorongan penisku menggesek keluar di atas permukaan kemaluanya. Pada percobaan kedua kepala penis itu langsung menusuk masuk.
Mbak Mirna menjerit terperikan oleh rasa sakit..Wajahnya meringis,matanya menyipit menahan perih diselangkanganya. Dia sangat terkejut ketika benda itu menerobos masuk.
"Ahhh...shhh...oohhh.." Desahku,terasa nikmat menjalar melalui kejantananku hingga naik ke otak, aku seperti terbakar. Melihat kemaluan mbak Mirna yg berbulu lebat membuatku makin bernafsu. Tubuh kami masih terdiam kaku beberapa saat.
Aku sedikit menarik penisku dan menusuknya kembali di dalam, mbak Mirna kembali tersedak,urat lehernya menegang, matanya menatap ke arah selangkangan, lelehan air mata itu masih mengalir dipipinya.
Aku kembali mengulanginya, kali ini aku mendorongnya lebih keras. Mbak Mirna makin menjadi tangisnya.
"Ouhh..huuhuu..huhuu..deen..sudah denn...sudaaah.." Rintihnya sambil memegang bahuku keras.
....Selanjutnya aku lupa diri, aku meliuk2 menyodok selangkanganya. Penuh tenaga, makin lama makin cepat gerakanku. Bunyi derit ranjang kayu itu menambah seru suasana.
Wanita ini memiliki tubuh yg cukup menawan. Meski sudah berumur tapi kulitnya masih kencang, bokongnya tebal dan bahenol. Pahanya yg besar itu mulus meski tidak putih, melingkari pinggulku.
Aku beringas menghempas2 tubuhnya di bawahku. Mbak Mirna telah berhenti menangis, matanya terpejam, hanya terdengar suara nafasnya yg terputus2, buah dadanya bergoyang2 mengikuti gerakanku. Wanita ini sudah pasrah dengan apa yg tengah terjadi.
Bahkan ketika aku merubah posisi, mengangkat kedua pahanya ke atas, menahanya tergantung di udara dengan kedua lenganku,kembali penisku terbenam,mbak Mirna hanya diam. Hujamanku makin bebas dan dalam menjajah vaginanya yg terkuak lebar.
".. Plok..plok..plok.." Suara gesekan selangkangan itu terdengar jelas ditelingaku.
Kemaluan mbak Mirna yg basah makin menghangatkan batang penisku di dalam. Sesaat lagi aku sudah tidak kuat menahan desakan, aku seperti kesetanan menggenjotnya. Mbak Mirna seperti mengerti apa yg akan segera terjadi.
"Den..tolong.. jgn keluarin di dalem den..tolongg..." Serunya memohon dengan suara gemetar.
Aku tidak menjawab, aku tengah fokus ingin menuntaskan aksiku. Sedikit lagi akan sampai.
Mbak Mirna memekik menyebut namaku saat tusukanku tiba2 berhenti, tubuhku tengah meregang.
"Deenn..cabut deen..." Serunya panik sambil menekan perutku ke belakang.
Aliran sperma itu bergerak naik mendekati pangkal penisku, jemariku telah kuat mencengkram sprei. Beruntung aku masih sempat menarik batang penisku keluar dan tepat sedetik kemudian semprotan pertamanya melompat keluar.
"Ahhhhh...sshhhhhh...mbaaak...aduuhhhh....." Jeritku panik.
Belasan kali cairan hangat itu menghantam sebagian perut mbak Mirna. Aku terpapar kenikmatan luar biasa, mataku terpejam beberapa saat hingga akhirnya semuanya usai.
Mbak Mirna melihat proses akhir tadi dengan seksama, dia memperhatikan wajahku yg meregang, matanya was2 melihat penisku memuntahkan cairan kental itu membaluri perutnya.
"Sudah den..sudah puas ?" Ujarnya beberapa saat ketika aku masih tersengal diam di atasnya, air mata itu kembali mengalir dari pinggir pipinya.Kalimat itu serasa menamparku.
Rasa penyesalan perlahan2 merayap . My gosh, aku baru saja menodai perempuan ini. Bagaimana mungkin hingga aku bisa sebejat itu.
"Maafin saya mbak..saya bener2 khilaf.." Jawabku bingung.
Aku beringsut mundur, memungut seluruh pakaianku, melangkah ke kamar dan meninggalkanya terbaring di ranjang.
Aku melepas kekalutan pikiranku dengan menghisap sebatang rokok di ruang tamu. Mudah2an mbak Mirna tidak memperkarakanku, menganggapnya selesai hanya di sini. Aku menepuk2 keningku menyesali kebodohanku.
Mbak Mirna keluar kamar beberapa menit kemudian. Matanya sembab, dia duduk di kursi di sampingku, tanpa bicara. Suasana hening, aku tidak berani menatapnya atau memulai pembicaraan.
"Ini uangnya saya ambil den, nanti diusahain dikembaliin kok.." Ujarnya pelan, suaranya berat,hidungnya seperti tersumbat cairan.
"Iya mbak, gak usah dipikirin soal kembalianya..dan..maaf soal yg tadi.."Jawabku tanpa menoleh kepadanya.
"Gak papa den..gak papa.."Jawabnya, tangisnya kembali pecah sedetik kemudian, bahunya terguncang2, aku hanya bisa terdiam.
"Sekali lagi maaf mbak.."
Dia mengangguk pelan sambil menunduk,tetes2 air mata itu masih berjatuhan dipangkuanya. Aku meraih uang itu, melipatnya,kemudian memasukanya ke dalam kantung dasternya.
Jemariku menyentuh pangkal tangannya, menepuknya pelan kemudian tanpa bicara aku melangkah masuk ke kamar sambil menutup pintu. Aku tidak sanggup lagi melihat wanita itu menangis. Aku terbaring,penat terasa, pinggangku nyeri.
Aku melihat Jam di dinding, pukul 2 siang, aku mungkin telah tertidur lebih dari 2 jam. Perutku sangat lapar, aku melangkah keluar kamar. Mbak Mirna mungkin telah lama pulang. Aku kembali didera pikiran buruk. Dendamkah dia padaku, bisa saja tiba2 orang sekampung muncul mendatangiku dengan tuduhan cabul atas laporan darinya. Hhhh..sudah terjadi, yg nanti urusan nanti.
Aku pergi kerja agak telat keesokan harinya, aku sengaja menunggu mbak Mirna datang, memastikan bahwa kekawatiranku tidak terjadi. Jam 8 mbak Mirna tiba, perasaanku tidak karuan ketika dia membuka pintu depan.
"Loh belum kerja den?" Tanyanya, wajah itu terlihat datar, malah ada senyuman kecil menghias bibirnya.
"Ini dah mau jalan mbak, sengaja nunggu mbak dateng.."Jawabku berusaha tenang.
"Hehe..kenapa, takut saya gak bakal dateng lagi ya?" Tertawanya membuatku lega.
"Iya mbak..takut aja, ...mm.."
"Mm.. Apa den..?" Lanjutnya sambil masih berdiri di depanku.
"Maaf yg kmaren mbak..."Jawabku.
".....ya ndak papa den...mmm..yo wis..lupain aja.." Serunya, dia melangkah ke dapur tanpa menunggu reaksiku selanjutnya.
Yah sudahlah, yg jelas tidak akan ada masalah, dia sudah menerima perlakuanku kemarin. Aku segera berlalu menuju kantor.
Hari2 selanjutnya berlangsung normal, kami hanya bertemu di akhir pekan, tidak ada bahasan lagi soal peristiwa itu. Mbak Mirna tetap melakukan pekerjaanya dengan baik. Kami hanya sesekali mengobrol basa basi.
Satu bulan berlalu, aku mulai melupakan peristiwa itu. Kerjaanku makin banyak mendekati akhir tahun. Aku juga makin sering menghabiskan waktu di luar bersama teman2 di akhir pekan.
Hingga pada suatu pagi di hari sabtu aku terbangun dan terjebak dalam lamunan tentang mbak Mirna. Malam itu aku mimpi erotis, dengan mbak Mirna, cairan sperma itu sebagian telah mengering memenuhi celana dalamku.
Dalam mimpi itu aku menggauli mbak Mirna dari belakang, bongkahan pantat itu terpapar jelas dalam penglihatanku. Damn it, kenapa hal ini kembali menggangguku.
Jam 9 pagi, wanita itu telah datang seperti biasanya. Aku baru saja selesai mandi dan tengah bersiap utk sarapan.
" Dah sarapan mbak? Ayo ini saya tadi beli dua bungkus nasi uduknya, satu utk mbak.." ujarku sambil tersenyum ramah.
"Makasih den..nanti aja, mbak mau beres2 cucian pakaian dulu.." Jawabnya.
"Santai aja dulu..temenin saya sarapan dulu.." Ntah kenapa pagi itu aku agresif.
"Nggih den, sebentar ambil piring dan sendok dulu.." Jawabnya seraya melangkah ke dapur.
Aku melihat tubuhnya dari belakang, rok merah sepanjang bawah betis itu cukup jelas mencetak lekukan pinggul, pantat dan pahanya. My gosh, darahku berdesir, mimpi semalam membuat hayalanku makin parah.
Otaku segera bereaksi, mencari jalan pintas, berandai2 seandainya hari ini aku kembali bisa memperdayainya. Aku segera menepis pikiran buruk itu.
Mbak Mirna telah kembali, duduk bersebrangan di depanku dan telah bersiap utk makan.
"Gimana kabar orang rumah mbak, sehat semua?" Tanyaku basa basi.
"Sehat den..." Jawabnya santai.
"Anaknya kapan mulai sekolah mbak, taun depan?"
"Iya den, rencana taun depan..mdh2an rejekinya lancar.."
"Yaa selagi saya di sini tetep aja kerja di sini mbak..klo mbak mau tambahan, mungkin coba mulai masak katering utk anak2 sini, kemaren ada obrolan kita di sini soal itu. Pada bosen katanya makan masakan luar, lebih boros juga..." Lanjutku.
"Wahh bBagus tu den..tapi perlu modal, ibu mertua saya pinter masak.."Jawabnya semangat.
"Gampang soal modal, nanti saya pinjemin..klo mau mulai depan mbak..nanti saya tawarin temen2 saya.."
"Gak enak klo dipinjemin melulu, kasian den Bagus.." Jawabnya.
"Yaa klo utk bisnis kenapa gak mbak, sama2 bantu..saya jg nanti minta harga diskon dong..hehe.." Jawabku.
"Hehe..untuk den Bagus gratis aja..lha uangnya kan dari aden jg.."
"Yaa gak boleh gitu mbak, bisnis tetep bisnis.."Jawabku.
"Duh saya makin banyak utang budi dong den.."Lanjutnya.
"Jgn berpikir gitu..saling bantu wajar aja mbak.."
"Yo wis, nanti tak bilangin sama ibu mertua, dia pasti seneng.."
"Iya mdh2an jalan mbak..semangat yg penting.."Jawabku.
Obrolan pagi itu terasa menyenangkan, spertinya dia benar2 melupakan kejahatanku waktu itu. Aku merasa lega, walau dalam hati aku menginginkan kehangatanya lagi. Pasti nanti ada jalannya, sabar aja, setan itu kembali membisiki.
Minggu pagi, keesokan harinya, mbak Mirna datang membawa anak perempuanya ke rumah.
"Maaf yaa den, si Rini saya bawa, mbahnya td pagi dijemput ipar saya ke Solo, mau ada acara kawinan sodaranya."
"Yaa gak papa mbak, biar dia bisa maen di sini, hei pa kabar cantik.." Seruku sambil tersenyum ramah kepada anaknya.
Bocah itu tersipu dan bersembunyi dibalik kaki ibunya.
"Saya mau jalan dulu ya mbak, ada acara kawinan anak kantor..siang baru pulang.."
"Nggih den....monggo.." Jawabnya.
Aku segera berlalu, mbak Mirna terlihat manis pagi ini, rambutnya terurai ikal menjuntai ke bahu. Paduan kaos biru dan celana jeans ketatnya itu membuatnya terlihat lebih muda. Well..well..well..kapan kita bisa bisa berdua di kamar lagi mbak, ucapku dalam hati.
Hujan turun dengan lebatnya sesampainya aku kembali di rumah. Sebagian kemeja dan celanaku telah basah kuyup.
"Waah keujanan den..ini dipake handuknya dulu, nanti mbak bikinin aer panas.."Serunya ketika membuka pintu.
"Makasih mbak.." Aku langsung berlalu ke kamar, mengelap kepala dan tubuhku dengan handuk dan mengganti pakaian.
"Rini kemana mbak, kok sepi.." Ujarku ketika duduk diruang tamu.
" Barusan tidur di kamar belakang den..sudah kenyang tidur dia..wah..kenceng ya anginya.."Jawabnnya.
"Iya mbak, sudah lama jg gak ujan.."
"Ini mbak bikinin teh anget pake jahe den..diminum.." Lanjutnya.
" mantep nih..makasih mbak.."Jawabku sambil menerima cangkir dari tanganya.
Teh itu tidak terlalu lama mengepul, udara dingin perkebunan ini membuatnya segera tidak begitu panas lagi. Udara diluar gelap seperi senja. Angin menerpa atap seng,menimbulkan suara berisik.
"Masih sibuk mbak, santai aja dulu duduk2 di sini.."Ujarku melihatnya mondar mandir.
"Iya den, sebentar mau mindahin air panas ke termos.."Jawabnya.
Tak lama dia menghampiriku dengan membawa sepiring biskuit dan teh utk dirinya. Kami belum memulai obrolan. Aku masih sibuk membalas sms teman2ku.
"Mbak gimana kabarnya, urusan yg dulu itu sudah selesai.." Ujarku memulai pembicaraan.
Dia sedikit terusik dengan pertanyaanku.
"Sudah den..mbak sudah kapok gak mau lagi maen gituan..gak ada gunanya.."Jawabnya.
"Hehe..iya mbak, ngapain jg..dikerjain bandar aja kalo togel sih.."Jawabku tersenyum.
"Uangnya nanti pelan2 mbak angsur yaa den..maaf.."Lanjutnya.
"Gak papa mbak, santai aja, nanti klo kateringnya lancar mbak bisa dapet tambahan..tenang aja.." Jawabku.
"Makasih den.."
Kami kembali terdiam. Tiba2 aku tergelitik utk bertanya tentang peristiwa dulu itu. Sedikit ragu jika itu membuatnya tidak nyaman tapi kalimat itu mengalir tanpa bisa kutahan.
"Mbak..maaf boleh saya nanya.."
"Boleh den..mo nanya apa.."Jawabnya.
"Yg kemaren itu..mbak gak marah dengan saya ?" Lanjutku.
Dia terdiam beberapa saat,aura wajahnya berubah.
"Mmm..mbak ikhlas kok den..salah mbak juga..sudahlah gak papa.."jawabnya pelan sambil mengalihkan pandangan ke arah jendela.
"Boleh nanya lagi mbak.." Lanjutku.
"Monggo den.."
"Apa yg mbak rasa waktu itu,..mm..waktu di kamar.." kalimatku makin menjebak.
"....mmmm...gimana ya..gak tau den.."Jawabnya, wajahnya terlihat canggung.
" Sakit..atau jijik mbak.."
"Jijik kenapa..sakit sih iya.." Jawabnya pelan.
"..aden kok bisa begitu waktu itu..mbak ini jauh lebih tua..kok bisa.." Lanjutnya.
" ..nafsu laki2 mbak..liar..kadang gak bisa kontrol.."Jawabku.
"Soal tua sih gak jadi soal..jujur aja, mbak masih menarik kok.."Lanjutku makin berani.
"Menarik apanya..aden masih muda..cari pacar yang muda, cantik..gak susah.."Jawabnya.
"...well..saya masih belum tertarik utk pacaran lagi mbak.."
" Apa yg aden pikir semenjak kejadian itu soal mbak.."Tanyanya kembali.
" Maksudnya..?"
"Yaa apa aden pikir mbak ini jadi perempuan gimanaa gitu di pandangan den Bagus.."
"Saya nyesel sesudahnya mbak, gak tega bikin mbak gitu..yaa selanjutnya saya masih respek kok sama mbak.."Jawabku.
"..mbak juga nyesel.."
" tapi kalo boleh jujur..maaf yaaa mbak.."
"Apa den..ngomong aja.."Jawabnya penasaran.
".. Saya pengen ngulangin lagi..saya tau itu gak mungkin..maaf yaa mbak.."Suaraku sedikit bergetar, jantungku berdetak cepat.
"....mmm...apa yg aden cari..mbak seperti ini, perempuan kampung, gak cantik..dah tua lagi.." Wajahnya lekat2 menatapku.
" ..masih tetep menarik kok mbak..saya masih suka inget2 kejadian itu.."Jawabku.
Mbak Mirna tersenyum tipis, aku penasaran apa yg ada dalam pikiranya.
"Apa yg aden inget waktu kejadian itu.." Ujarnya.
"Yaa indah mbak..malem sabtu kemaren saya sempet mimpiin mbak gituan sama saya..sorry.."Jawabku.
"hehe..aden masih muda, wajar kalo pikiran ke arah itunya masih kuat, jadi.."
"Sekarang jg lagi mikirin itu mbak.."Aku memotong kalimatnya.
"..hmm...yaaa mbak berat hati utk begitu lg ..takut den.."Jawabnya.
"Kalo saya minta tolong supaya mbak gak takut lagi gimana.."Responku mencecar pikiranya.
"Yaaaa..gimana den..gak usah de..yg sudah yaa sudah.."Jawabnya.
Aku paham dia tengah dilanda kebingungan, di satu sisi dia segan menepis godaanku, di sisi lain dia tidak ingin terjerembab dalam perzinahan bersamaku lagi.
Aku menggeserkan dudukku mendekat. Tanganku memegang jemari tanganya. Wanita ini terkesiap dgn kenekatanku.
"Mbak..gak perlu takut..mbak bisa minta apa aja dari saya.." Ujarku sambil menatap kedua matanya lekat2.
" Jangan den..dosa...."Jawabnya ketakutan.
Tapi dia sudah terlambat, ciuman bibirku telah mendarat di bibirnya. Aku memagut2 bibir itu pelan.
Wajahnya pucat pasi..antara kaget dan bingung dengan apa yg dia tengah rasa. Aku kembali menciumi wajahnya, bibir kami kembali bertemu, tanganku telah melingkar dengan manis di lehernya.
Dia hanya terdiam..tanpa reaksi. Tidak ada penolakan, aku makin berani merapatkan tubuhku. Kali ini tidak hanya bibir dan sekitar wajahnya, ciumanku mendarat di leher dan belakang telinganya. Mbak Mirna bergidik, tubuhnya merinding.
Mendung semakin gelap diluar, petir sesekali menggelegar diiringi deru angin kencang. Aku berdiri, kedua tanganku menggapai tanganya, menariknya keatas kemudian membawanya melangkah mengikutiku, ke arah kamar...
Mbak Mirna sama sekali tidak bereaksi, dia kikuk mengikuti langkahku. Wajahnya takut2 melihatku ketika pintu kamar itu tertutup rapat.
Ruangan kamar cukup gelap, hanya sebagian tubuh atas kami yg terlihat jelas. Tidak perlu lagi berkata2, segera tuntaskan apa yg ada dalam hati.
Aku membimbingnya utk berbaring diranjang. Wajahnya menatapiku tanpa henti,menanti kejutan2 selanjutnya. Aku kembali menciumi bibir itu, tidak ada balasan berarti darinya. Seluruh leher dan bagian dadanya yg tertutup kaos itu habis ku kecup. Nafas mbak Mirna terdengar menderu.
Tidak perlu lagi basa basi, aku segera melepas habis pakaian yg dikenakanya. Hanya tertinggal bra dan celana dalam lusuh itu menutupi. Tubuhku pun telah hampir telanjang, pakaianku berserakan di lantai. Aku langsung menindih tubuhnya.
Mbak Mirna mendesah, jantungnya terdengar cepat berdetak di telingaku, mulutku tengah puas mencium dan menggigit2 payudaranya yg lumayan besar.
Kulit kami saling menempel, bulu2 diperutku mungkin membuatnya makin merinding. Tanganku telah kesana kemari meraba tubuhnya, jemariku lincah menggosok2 sekitar selangkanganya.
Penisku telah sedari tadi diruang tamu mengacung keras, diranjang ini dia semakin garang menempel dan kadang2 menggesek tepat ditengah2 selangkangan mbak Mirna. Dia makin terbuai oleh rangsangan dariku. Wanita ini siap sedia untuku hari ini, aku sangat beruntung.
Akhirnya kami sudah sama2 siap tempur. Vaginya sudah terkuak lebar dan basah. Permainan lidahku tadi di situ telah membuatnya tanpa sungkan2 merintih dan mencengkram erat kepalaku.
Pahanya terkulai lebar ke samping, aku sudah bersiap menusuk. Sedikit demi sedikit batang itu terbenam diiringi dengan rintihan mbak Mirna dan desis yg keluar dari mulutku. Kami berpelukan erat ketika penis itu telah berhasil menyentuh dasar vaginanya. Oh my gosh, nikmat sekali.
Kami kembali berpagutan, pelan2 aku menarik ulur selangkanganku. Mbak Mirna hingga memeluk pantatku merasakan sensasi itu.
"Nikmatilah mbak,nikmati yg sudah lama tidak kau rasakan. Usiaku memang terlalu muda untukmu, tapi aku sanggup memberimu kepuasan," ujarku dalam hati.
Aku ingin menikmati moment ini lebih lama, aku mengaduk2 kewanitaanya perlahan dan lembut. Suasana begitu romantis.
"Uhh..uhh..shhh..hhhh..." Mbak Mirna mendesah setiap kali aku menusuk selangkanganya. Tanganya lembut memeluk punggungku.
Kami terus berpagutan, pantatku meliuk2 menghantam. Makin lama gerakanku makin cepat. Tenagaku seperti tidak habis membawanya pada kenikmatan. Mungkin lebih dari 15 menit berlangsung, mbak Mirna mulai kewalahan. Jepitan pahanya makin kuat sementara pantatnya tidak henti bergerak ke atas menyambut penisku, nafasnya sudah tersengal. Mungkin tidak lama lagi mbak Mirna mencapai klimaks.
"Buuuk..ibuuuk..di manaaa...rini pengen pipis.." Tiba2 suara anaknya terdengar nyaring di depan pintu kamar.
Kami yg tengah melambung terkesiap kaget dan melepas pelukan. Sekejap saja kami telah berdiri, saling bertatapan dalam kebingungan.
"Buuk...ibuuuk.."Lanjut bocah itu.
Damn it..aku menyumpah dalam hati.
"Iya sebentar naaaak..pipis aja di dapur..ada kamar mandi di situ..ibu lagi beresin kamar..sebentar lagi keluar.." Jawab mbak Mirna panik berusaha memungut pakaianya yg berserakan di kasur.
"Iya buk.." Jawab bocah itu.
"Nanti baring aja lagi di kamar, ibu nanti nyusul.."Jawabnya sambil berusaha meraih celana dalamnya.
Aku menahan tanganya, "biar aja mbak..tanggung sebentar lagi.." Ujarku.
"Jangan..nanti dia curiga.." Jawabnya menepis tanganku.
"Nggak..sebentar lagi..tenang aja.."Seruku.
"Jangan Den.." Jawabnya, tapi kalimat itu terpotong.
Aku menarik tubuhnya, nafsuku sudah memuncak. Aku mendorong tubuh telanjangnya menghadap meja kecil di hadapan kami. Dengan sekali kibasan seluruh benda2 kecil di atasnya berlompatan jatuh ke lantai dengan suara yg berisik.
"Den..nanti den...sabar.." Jawabnya kebingungan.
Aku tidak memperdulikan ucapanya. Tubuhnya ku dorong merapat ke pinggir meja, kedua kakinya aku paksa untuk melebar, pantatnya aku tarik ke belakang. Posisi mbak Mirna sudah menungging di depanku, belahan pantat itu mempertontonkan lubang anusnya.
Aku menjadi kian brutal, pantat besar dan bahenol itu ku angkat, bagian vagina dan rambut2 halus itu terpampang didepan selangkanganku. Penisku langsung mendekat, langsung menghujam masuk. Pemandangan dibawaku membuatku makin bernafsu.Batang penis itu perlahan menghilang diantara bongkahan pantatnya.
O gosh..nikmat sekali, aku mendesis2 menahan geli. Segera saja tubuhku menyodok2 dengan kuat. Tubuh mbak Mirna maju mundur terpapar seranganku. Sebentar saja dia kembali merintih.
Permainan kami berlangsung cepat, kekagetan tadi itu menambah selera, bunyi gesekan kemaluan kami mengiringi. Mbak Mirna memutar2 pinggulnya berusaha segera meraih akhir perjuangan. Peniskupun sudah seperti ingin meledak.
Tubuhku semakin kuat menekannya kedepan, mbak Mirna gemulai memutar pantatnya kesana kemari, makin liar dan binal dan akhirnya dia meraih klimaks.
"Uhhhh...uhhh...dennn....aduuuhh..uuhh..huhhu..huh uuu..uuhh.." Jeritnya sambil terisak.
Kedua pahanya mengejang kaku,kepalanya hingga terbaring dipermukaan meja sambil terus merintih tiada henti. Cairan hangat kewanitaanya membasahi penisku di dalam.
Aku ingin segera merasakan hal yg sama, sodokanku makin cepat melabraknya.Beberapa kali ayunan akhirnya pantatku berhenti bergerak bersiap meregang, tanganku kuat mencengkram pinggulnya.
"Cabut den..cabut...jangan didalem.."Serunya panik.
Aku masih sempat menarik penisku keluar tepat ketika spermaku datang menerjang.
"Ahhhhh....mbakkk..oooh...shhh..ahhh..."Jeritk u ketika sperma itu menyemprot panas tepat diatas bongkahan pantat bahenol mbak Mirna.
Sebagian mendarat di dalam belahan pantatnya, mengalir turun menelusuri permukaan anusnya. Jari tangan mbak Mirna menyelusup dibagian situ, menahan aliran sperma itu mendekati vaginanya dan menyekanya dengan cepat.
Kami terkesima dengan nafas tersengal. Nikmat masih menjalari benak kami dalam bisu. Akhirnya permainan ini usai.
Aku terduduk lemas di pinggir ranjang menatap mbak Mirna yg masih berdiri dari belakang, badanya limbung memegang pinggiran meja. Cairan sperma itu berkilauan pada bagian pantatnya. Juga terlihat cairan putih kental dari dalam vaginanya yg tertahan bulu lebat kemaluan mbak Mirna.
Hujan telah reda ketika kami duduk di ruang tamu. Bocah kecil itu tengah serius menonton tivi di belakang kami. Dia tidak menyadari bahwa ibunya baru saja telah bertarung hebat di kamar bersamaku.
Mata kami yg hanya berbicara saat itu, apa yg sudah terjadi tadi membungkam kami tenggelam dalam pikiran masing2.
Semenjak hari itu hubungan kami berada dalam suasana yg baru. Usaha katering yg kujanjikan berjalan sukes, tarah hidup mbak Mirna meningkat lebih baik.
Hingga hari ini mbak Mirna masih menemani gairah mudaku yg tak kenal batas. Ada terbersit dalam hati untuk menikahinya suatu hari nanti, biarlah waktu yg menentukan akhirnya. Udara dingin perkebunan teh ini membuat kami terus larut.
Aku tinggal seorang diri di rumah dinas mungil dan asri semi permanen di sekitar kebun. Untuk keperluan bersih2 rumah dan mencuci pakaian aku mempekerjakan seorang pembantu harian, mbak Mirna.
Wanita ini berumur 44 tahun, hitam manis, tinggi skitar 160 dan tubuhnya sedikit gempal. Mbak Mirna asli Solo, dia menikah dan ikut suami yg bekerja di perkebunan ini. 5 tahun yg lalu suaminya wafat dan meninggalkan seorang balita perempuan berumur 5 tahun. Mbak Mirna mengontrak rumah kecil di desa sekitar perkebunan bersama ibu mertuanya yg sdh tua.
5 bulan mbak Mirna melayani keperluanku dgn baik, meski agak pendiam dan memang kami jarang bertemu kecuali di akhir pekan. Gaji yg aku berikan sebenarnya diatas pasaran, ttp mungkin karena besarnya kebutuhan beliau sesekali meminjam uang dariku. Belakangan mbak Mirna meminjam uang lebih besar dari biasanya, setelah aku tanya dgn detail akhirnya dia mengakui telah terjebak rentenir akibat kebiasanya membeli togel dan arisan.
Tidak mengerankan, hanya beberapa bulan berlalu mbak Mirna telah meminjam uangku lebih dari 2 jt, dan pada usahanya meminjam terakhir aku menolaknya dengan halus.
Pagi itu dia sangat bingung dan panik, dengan meneteskan air mata beliau mencoba terus memohon utk memberinya pinjaman sekitar 1,5 jt utk menutupi tuntutan hutang dari bandar judi togel di desa.
Aku kembali menolak dengan tegas, dan mbak Mirna terus terisak.
Aku memperhatikan wanita paruh baya ini dgn seksama, wajahnya seperti kbanyakan wanita jawa pada umumnya,tdk cantik tp aku akui masih terlihat lebih muda dari umurnya. Dan sebenarnya selama ini juga aku sesekali melirik tubuh bawahnya yg msh kencang dan bahenol walau pikiran kotorku tdk melangkah lebih jauh.
Semalam, aku dan beberapa temanku sempat iseng nonton film blue sambil makan sate kambing dari warung makan Pak Kirun di ujung desa dan minum beberapa botol anker bir.
Pagi itu terasa akumulasinya. Kesadaranku belum begitu pulih.
Aku mencoba menepis pikiran itu, bagaimanapun itu bukan diriku yang sebenarnya. Mbak Mirna juga jauh dari tipe wanita yg aku inginkan. Terlebih aku takut dengan akibat yg bisa saja terjadi. Bagaimana kalau dikemudian hari kenekatanku akan berbalik menjadi bencana utk diriku dan karir.
Pikiranku masih silih berganti antara pertimbangan kotor dan waras. Mbak Mirna masih duduk bersimpuh di depanku sambil melelehkan air mata. Ruangan menjadi sunyi. Well, aku tidak mungkin tega menolak permohonanya, tapi setidaknya dia harus belajar utk berfikir panjang.
"Jangan duduk di lantai mbak, dikursi aja, saya jadi gak enak" aku memulai bicara.
"Nggih Den.."
Dia bangkit untuk berdiri,bagian bawah pada daster lusuh itu sedikit tersingkap ketika dia berdiri, ada bagian yg tidak sengaja menyangkut pada tonjolan kepala peniti pada kancing terbawahnya,sebagian pahanya yang besar dan lututnya terkuak
dihadapanku beberapa detik. Buru2 dia menariknya kebawah begitu tersadar. Pikiranku kembali kacau.
"Hmm...bingung saya mbak.."Jawabku, kepalaku masih terasa pusing hasil minum2 semalam, aku menekan sisi kiri kepalaku.
"Kenapa den, pusing?" Tanya mbak Mirna.
"Iyah, semalem begadang sm temen2.." Jawabku.
"Mbak ambilin aer putih sebentar.."Serunya sambil segera berlalu ke dapur.
Sekelebat aku masih sempat melihatnya melangkah pelan, setan makin kuat mempermainkan pikiranku. Bongkahan pantat itu bergoyang2 dibalik daster, mungkin pakaian dalamnya sdh sempit, dan bayangan tentang pahanya yg td sempat terlihat itu makin menggangguku.
"Makasih mbak" ujarku ketika menerima segelas air putih dan meminumnya perlahan.
Mbak Mirna masih berdiri di depanku, menungguku selesai minum. Aku menyumpahinya dalam hati, melihat tubuhnya lebih dekat seperti itu pikiranku makin terpuruk.
"Duduk aja mbak, santai aja, kita bicarain dengan tenang " ujarku.
"Iya den.." Jawabnya pelan.
"Gak kebanyakan mbak mo minjem segitu?, terus terang saya keberatan, kayaknya yg kemaren2 sudah cukup.." Ujarku memulai kembali pembicaraan.
"Sebenernya utangnya sejuta tuju ratus den, tapi mbak nambain pake simpenan dirumah, tolong banget den, mbak sebenernya malu banget tp kepaksa.."Jawabnya dengan suara lirih.
"Waduh.."Jawabku terputus.
Aku kembali terdiam, kepalaku masih terasa pusing. Aku menatap pemandangan luar dari jendela. Sebenarnya tidak jadi soal utk soal jumlah uangnya, cuma sisi gelapku masih mencoba meyakinkanku utk mengambil kesempatan.
Mbak Mirna menatap ke lantai, pikiranya masih kalut. Dia menanti jawabanku dengan putus asa. Aku akhirnya menyerah, biarlah, ini utk terakhir aku membantunya, dan berharap dia segera pulang agar sesuatu yg terburuk tidak terjadi pagi ini.
"Okay mbak, sebenarnya ini berat buat saya.." Ujarku.
"Mbak rela ngelakuin apa aja den supaya den percaya mbak mau balikin uangnya.."Sergahnya.
"Apa aja.." Waduh, kata2 itu sangat menggelitik benakku. Perempuan bodoh, seruku dalam hati.
"Ngelakuin apa aja maksudnya apa nih mbak.."Tanyaku sambil tersenyum.
"Apa aja yg den Bagus minta mbak kerjain .."Jawabnya lugu.
"Selain urusan rumah memang apa lagi yg bisa mbak kasih ke saya?" Kalimatku mulai menjebak.
"Hehe..apa aja den.." Jawabnya sambil tersipu.
"Mbak..mbak..hati2 klo ngomong.."Aku menghela nafas menahan gejolak batin.
"Maksudnya apa den.."Tanyanya heran.
"Saya ini laki2 mbak, nanti kalo saya minta macem2 gimana.."Lanjutku mulai berani.
"Mbak gak paham den.." Wajahnya masih bingung.
"Yaa gak usah bingung, katanya mau ngelakuin apa aja.."Godaku.
"Yaa sebut aja den, nanti mbak usahain kalo memang agak berat dikerjain.."Jawabnya.
"Walah..mbak..mbak..yaa sudah saya ambil uangnya sebentar, tapi janji yah dikembaliin secepatnya"aku berusaha menyudahi percakapan ini.
"Makasih den..makasih banget.."Jawabnya lega.
"Tapi emangnya den Bagus tadi mau ngomong apa,mungkin mbak bisa bantu?"Lanjutnya.
Aku yg tengah berjalan menuju kamar terhenti, kali ini pikiranku sudah tidak terkontrol lagi, kalimat itu seperti akan meledak keluar dari mulutku.
Aku membalikan badan, menatapnya dengan seringai aneh.
"Mbak yakin mau nurutin apa aja kemauan saya?"Sergahku.
"Iya den, ngomong aja.."Jawabnya.
Dasar perempuan bodoh ujarku dalam hati.
" Saya kepengen mbak masuk ke kamar saya.."Kalimat selanjutnya seperti tercekat ditenggorokan.
"Terus Den?" Tanyanya penasaran.
" Mbak temenin saya tidur.."Ucapanku serasa melayang diudara, jantungku berdegup kencang.
Wajahnya sontak kaget dan bingung. Aku tau dia pasti akan bereaksi seperti itu, tapi salahnya sendiri. Aku sudah berusaha keras utk menahan diriku utk tidak berniat aneh pada dirinya tapi kesadaranku belum penuh utk melawan kegilaan ini.
"Maksudnya..maksudnya apa den..mbak kok jadi takut.."Wajahnya mulai memucat.
"Iya temenin saya di ranjang, saya lagi kepengen gituan dengan perempuan sekarang.."Jawabku, aku tau mukaku memerah.
"Mmm...tapi..tapi itu kan gak mungkin den.."Ujarnya dengan suara pelan.
"Mungkin aja kalo itu syaratnya mbak mau pinjem uang.."Jawabku .
Ruangan kembali sunyi, mbak Mirna tertunduk, menggenggam kedua tanganya dengan gelisah. Ada rasa sesal telah mengucapkan kalimat tadi, tapi sudah terlanjur. Aku sudah tidak mungkin menariknya, sekarang biar sisi gelapku yg bertindak.
"Gimana mbak?" Tanyaku sambil kembali duduk dikursiku.
"Tapi itu gak mungkin Den..gak mungkin..mbak bukan perempuan kaya gitu.." Jawabnya, suaranya kembali lirih.
"Hhhh..." Aku menghela nafas berat.
Mbak Mirna wajahnya kembali muram, matanya menatap ke luar pintu, kosong, sperti berpikir keras.
"Mbak gak nyangka kok aden bisa2nya minta yang kaya gitu..mbak ini sdh tua..gak pantes .."
Aku diam beberapa saat. Ada rasa amarah tanpa alasan bermain dipikiranku.
"Itulah laki2 mbak.." Hanya itu kalimat yg bisa meluncur dari mulutku.
Dia mungkin menyesal telah mengucap kata2 yg tadi memancing kenekatanku. Tapi situasinya sudah terjepit, wanita lain mungkin akan menghardiku dan segera pergi menjauh, sementara mbak Mirna tidak punya pilihan lain.
"Sekarang terserah mbak, saya tetep kasih uang yg mbak minta, kalo mbak mau menuhin kemauan saya okay, gak juga silahkan.."Jawabku pelan sambil melangkah ke kamar.
Aku kembali ke ruang tamu dengan sejumlah uang ditangan. Aku meletakanya pelan di atas meja kecil di depannya. Wajahnya masih terlihat tegang, dia hanya melirik sebentar ke arah meja kemudian kembali tenggelam dalam pikiranya.
Kami kembali sama2 membisu. Sesekali aku menatapnya, dia menyadari tengah diperhatikan olehku.
"Den...apa aden yakin ...?" Tiba2 dia berucap.
"Sebetulnya saya gak tega mbak, tapi entahlah..itu yg ada dalam otak saya sekarang..terserah mbak de.."Jawabku dengan tenang.
Matanya berkaca2 menatap langit2 ruangan, perasaanya pasti tertekan. Dia kembali terdiam.
"Hmmmm...baiklah Den..mbak gak tau lagi mo ngomong apa, atau harus kaya mana sekarang..kalo itu maunya aden..terserahlah..jujur aja mbak teh takut banget..mbak bukan prempuan gitu den..mbak memang janda..tapi bukan.."
"Sudahlah mbak, klo memang bersedia, skarang saya tunggu di kamar, kalo keberatan, silahkan ambil uangnya dan segera pulang.."Ujarku tegas, kemudian aku bangkit berdiri dan melangkah ke kamar.
Aku membaringkan tubuhku di kasur, trus terang aku pun dilanda ketakutan.Aku tengah dilanda gairah, tapi was2 dengan kemungkinan buruk yg bisa saja terjadi.
Butuh beberapa menit menunggu, pintu kamarku yg memang tidak terkunci perlahan2 bergerak terbuka. Mbak Mirna melangkah masuk sambil tertunduk, terlihat sangat kikuk.
Dia berdiri menatapku di samping ranjang, tatapanya penuh arti. Well, kalo saja aku tidak terlanjur berpikiran mesum mungkin aku segera berlari keluar kamar, aku merasakan takut yg sama seperti yg dirasa mbak Mirna.
Tapi aku berusaha tenang, aku bangkit dan duduk di pinggir kasur.
"Mbak yakin mau ngelakuin ini"?tanyaku.
"Hhh..sekarang smuanya terserah aden aja.."Jawabnya pasrah.
Aku menatapnya lekat2, pandanganku menelusuri seluruh tubuhnya, seperti ingin menelannya hidup2.
Tangan kananku meraih jemari kiri tanganya. Aku memegangnya pelan, jemari itu terasa dingin dan gemetar.
Memang sudah harus kejadianya seperti ini, apa lagi yg aku tunggu ujarku dalam hati. Makin cepat makin baik, setan itu membisiki bertubi2.
Aku menarik tangan itu agar tubuhnya mendekat. Niatku sebelumnya ingin memeluknya terlebih dahulu, tapi nafsuku sudah tidak tertahankan. Aku segera meneruskan dorongan tubuhnya yg limbung terhempas ke atas kasur.
Begitu dia terhenyak di sampingku, aku langsung menerkamnya, menghimpitnya dibawah tubuhku dan ciumanku langsung mendarat dibibirnya.
Aku tidak memberikanya waktu utk berpikir, aku melumat2 bibirnya, menciumi dengan kasar lehernya dan trus bergerak menjelajahi bagian dadanya.
Nafasnya tersengal, wajah itu masih terkaget2 dengan apa yg sedang aku lakukan. Jemariku segera beraksi, aku menjamah bongkahan pahanya dibawahku, daster itu telah tersingkap ke atas.
Aku seperti kesetanan menciumi pahanya yg besar, mengecup berkali2 selangkanganya dan jemari tanganku yg lain langsung meremas buah dadanya. Gerakanku cepat terburu nafsu.
Sebentar saja seluruh tubuhnya telah ku jamah. Aku masih menciuminya membabi buta. Tak lama kemudian aku bergerak cepat membuka lepas pakaianya.
"Den..jangan den..sudaah.." Serunya ketika aku kembali menciuminya,hanya hanya bra dan celana dalamnya yg tersisa menutupi tubuhnya. Seraya kedua tanganya berusaha mendorong tubuhku.
Aku tidak memperdulikan perlawananya. Aku menduduki perutnya sambil kedua tanganku bergerak melepas bajuku.
Nafasku memburu, yg keluar dari mulutku hanyalah desahan penuh nafsu angkara murka. Wanita ini makin ketakutan melihatku.
Kemudian aku bangkit berdiri di atasnya. Kedua tanganku bergerak cepat melepas celana pendek dan celana dalamku. Mbak Mirna menangis.
Aku tidak perduli lagi, kejantananku telah berdiri mengacung di atasnya, mbak Mirna makin panik melihatku. Jemariku bergerak2 mengocok2 cepat batang penisku sehingga semakin keras berdiri, matanya terpejam basah.
"Den..sudahlah den...jangan..sudahlah..mbak gak jadi pinjem uang..sudaaah.."Jeritnya ketika aku kembali menduduki perutnya. Dia berusaha meronta tapi kedua tanganku dengan kuat menahan tanganya pada kedua sisi bantal.
"Sudah telat mbak" Suaraku bergetar menghardiknya.
Aku memaksa kedua paha sekel itu terbuka, dia masih berusaha menutupnya rapat. Kami bergumul beberapa saat, begitu ada celah aku segera menekan kuat selangkanganku di dalam jepitan pinggul mbak Mirna.
Dengan gerakan kasar aku menarik ke samping paha kirinya. Tanganku langsung bergerak menuntun penisku ke arah vaginanya.
Aku sempat salah memposisikanya, dorongan penisku menggesek keluar di atas permukaan kemaluanya. Pada percobaan kedua kepala penis itu langsung menusuk masuk.
Mbak Mirna menjerit terperikan oleh rasa sakit..Wajahnya meringis,matanya menyipit menahan perih diselangkanganya. Dia sangat terkejut ketika benda itu menerobos masuk.
"Ahhh...shhh...oohhh.." Desahku,terasa nikmat menjalar melalui kejantananku hingga naik ke otak, aku seperti terbakar. Melihat kemaluan mbak Mirna yg berbulu lebat membuatku makin bernafsu. Tubuh kami masih terdiam kaku beberapa saat.
Aku sedikit menarik penisku dan menusuknya kembali di dalam, mbak Mirna kembali tersedak,urat lehernya menegang, matanya menatap ke arah selangkangan, lelehan air mata itu masih mengalir dipipinya.
Aku kembali mengulanginya, kali ini aku mendorongnya lebih keras. Mbak Mirna makin menjadi tangisnya.
"Ouhh..huuhuu..huhuu..deen..sudah denn...sudaaah.." Rintihnya sambil memegang bahuku keras.
....Selanjutnya aku lupa diri, aku meliuk2 menyodok selangkanganya. Penuh tenaga, makin lama makin cepat gerakanku. Bunyi derit ranjang kayu itu menambah seru suasana.
Wanita ini memiliki tubuh yg cukup menawan. Meski sudah berumur tapi kulitnya masih kencang, bokongnya tebal dan bahenol. Pahanya yg besar itu mulus meski tidak putih, melingkari pinggulku.
Aku beringas menghempas2 tubuhnya di bawahku. Mbak Mirna telah berhenti menangis, matanya terpejam, hanya terdengar suara nafasnya yg terputus2, buah dadanya bergoyang2 mengikuti gerakanku. Wanita ini sudah pasrah dengan apa yg tengah terjadi.
Bahkan ketika aku merubah posisi, mengangkat kedua pahanya ke atas, menahanya tergantung di udara dengan kedua lenganku,kembali penisku terbenam,mbak Mirna hanya diam. Hujamanku makin bebas dan dalam menjajah vaginanya yg terkuak lebar.
".. Plok..plok..plok.." Suara gesekan selangkangan itu terdengar jelas ditelingaku.
Kemaluan mbak Mirna yg basah makin menghangatkan batang penisku di dalam. Sesaat lagi aku sudah tidak kuat menahan desakan, aku seperti kesetanan menggenjotnya. Mbak Mirna seperti mengerti apa yg akan segera terjadi.
"Den..tolong.. jgn keluarin di dalem den..tolongg..." Serunya memohon dengan suara gemetar.
Aku tidak menjawab, aku tengah fokus ingin menuntaskan aksiku. Sedikit lagi akan sampai.
Mbak Mirna memekik menyebut namaku saat tusukanku tiba2 berhenti, tubuhku tengah meregang.
"Deenn..cabut deen..." Serunya panik sambil menekan perutku ke belakang.
Aliran sperma itu bergerak naik mendekati pangkal penisku, jemariku telah kuat mencengkram sprei. Beruntung aku masih sempat menarik batang penisku keluar dan tepat sedetik kemudian semprotan pertamanya melompat keluar.
"Ahhhhh...sshhhhhh...mbaaak...aduuhhhh....." Jeritku panik.
Belasan kali cairan hangat itu menghantam sebagian perut mbak Mirna. Aku terpapar kenikmatan luar biasa, mataku terpejam beberapa saat hingga akhirnya semuanya usai.
Mbak Mirna melihat proses akhir tadi dengan seksama, dia memperhatikan wajahku yg meregang, matanya was2 melihat penisku memuntahkan cairan kental itu membaluri perutnya.
"Sudah den..sudah puas ?" Ujarnya beberapa saat ketika aku masih tersengal diam di atasnya, air mata itu kembali mengalir dari pinggir pipinya.Kalimat itu serasa menamparku.
Rasa penyesalan perlahan2 merayap . My gosh, aku baru saja menodai perempuan ini. Bagaimana mungkin hingga aku bisa sebejat itu.
"Maafin saya mbak..saya bener2 khilaf.." Jawabku bingung.
Aku beringsut mundur, memungut seluruh pakaianku, melangkah ke kamar dan meninggalkanya terbaring di ranjang.
Aku melepas kekalutan pikiranku dengan menghisap sebatang rokok di ruang tamu. Mudah2an mbak Mirna tidak memperkarakanku, menganggapnya selesai hanya di sini. Aku menepuk2 keningku menyesali kebodohanku.
Mbak Mirna keluar kamar beberapa menit kemudian. Matanya sembab, dia duduk di kursi di sampingku, tanpa bicara. Suasana hening, aku tidak berani menatapnya atau memulai pembicaraan.
"Ini uangnya saya ambil den, nanti diusahain dikembaliin kok.." Ujarnya pelan, suaranya berat,hidungnya seperti tersumbat cairan.
"Iya mbak, gak usah dipikirin soal kembalianya..dan..maaf soal yg tadi.."Jawabku tanpa menoleh kepadanya.
"Gak papa den..gak papa.."Jawabnya, tangisnya kembali pecah sedetik kemudian, bahunya terguncang2, aku hanya bisa terdiam.
"Sekali lagi maaf mbak.."
Dia mengangguk pelan sambil menunduk,tetes2 air mata itu masih berjatuhan dipangkuanya. Aku meraih uang itu, melipatnya,kemudian memasukanya ke dalam kantung dasternya.
Jemariku menyentuh pangkal tangannya, menepuknya pelan kemudian tanpa bicara aku melangkah masuk ke kamar sambil menutup pintu. Aku tidak sanggup lagi melihat wanita itu menangis. Aku terbaring,penat terasa, pinggangku nyeri.
Aku melihat Jam di dinding, pukul 2 siang, aku mungkin telah tertidur lebih dari 2 jam. Perutku sangat lapar, aku melangkah keluar kamar. Mbak Mirna mungkin telah lama pulang. Aku kembali didera pikiran buruk. Dendamkah dia padaku, bisa saja tiba2 orang sekampung muncul mendatangiku dengan tuduhan cabul atas laporan darinya. Hhhh..sudah terjadi, yg nanti urusan nanti.
Aku pergi kerja agak telat keesokan harinya, aku sengaja menunggu mbak Mirna datang, memastikan bahwa kekawatiranku tidak terjadi. Jam 8 mbak Mirna tiba, perasaanku tidak karuan ketika dia membuka pintu depan.
"Loh belum kerja den?" Tanyanya, wajah itu terlihat datar, malah ada senyuman kecil menghias bibirnya.
"Ini dah mau jalan mbak, sengaja nunggu mbak dateng.."Jawabku berusaha tenang.
"Hehe..kenapa, takut saya gak bakal dateng lagi ya?" Tertawanya membuatku lega.
"Iya mbak..takut aja, ...mm.."
"Mm.. Apa den..?" Lanjutnya sambil masih berdiri di depanku.
"Maaf yg kmaren mbak..."Jawabku.
".....ya ndak papa den...mmm..yo wis..lupain aja.." Serunya, dia melangkah ke dapur tanpa menunggu reaksiku selanjutnya.
Yah sudahlah, yg jelas tidak akan ada masalah, dia sudah menerima perlakuanku kemarin. Aku segera berlalu menuju kantor.
Hari2 selanjutnya berlangsung normal, kami hanya bertemu di akhir pekan, tidak ada bahasan lagi soal peristiwa itu. Mbak Mirna tetap melakukan pekerjaanya dengan baik. Kami hanya sesekali mengobrol basa basi.
Satu bulan berlalu, aku mulai melupakan peristiwa itu. Kerjaanku makin banyak mendekati akhir tahun. Aku juga makin sering menghabiskan waktu di luar bersama teman2 di akhir pekan.
Hingga pada suatu pagi di hari sabtu aku terbangun dan terjebak dalam lamunan tentang mbak Mirna. Malam itu aku mimpi erotis, dengan mbak Mirna, cairan sperma itu sebagian telah mengering memenuhi celana dalamku.
Dalam mimpi itu aku menggauli mbak Mirna dari belakang, bongkahan pantat itu terpapar jelas dalam penglihatanku. Damn it, kenapa hal ini kembali menggangguku.
Jam 9 pagi, wanita itu telah datang seperti biasanya. Aku baru saja selesai mandi dan tengah bersiap utk sarapan.
" Dah sarapan mbak? Ayo ini saya tadi beli dua bungkus nasi uduknya, satu utk mbak.." ujarku sambil tersenyum ramah.
"Makasih den..nanti aja, mbak mau beres2 cucian pakaian dulu.." Jawabnya.
"Santai aja dulu..temenin saya sarapan dulu.." Ntah kenapa pagi itu aku agresif.
"Nggih den, sebentar ambil piring dan sendok dulu.." Jawabnya seraya melangkah ke dapur.
Aku melihat tubuhnya dari belakang, rok merah sepanjang bawah betis itu cukup jelas mencetak lekukan pinggul, pantat dan pahanya. My gosh, darahku berdesir, mimpi semalam membuat hayalanku makin parah.
Otaku segera bereaksi, mencari jalan pintas, berandai2 seandainya hari ini aku kembali bisa memperdayainya. Aku segera menepis pikiran buruk itu.
Mbak Mirna telah kembali, duduk bersebrangan di depanku dan telah bersiap utk makan.
"Gimana kabar orang rumah mbak, sehat semua?" Tanyaku basa basi.
"Sehat den..." Jawabnya santai.
"Anaknya kapan mulai sekolah mbak, taun depan?"
"Iya den, rencana taun depan..mdh2an rejekinya lancar.."
"Yaa selagi saya di sini tetep aja kerja di sini mbak..klo mbak mau tambahan, mungkin coba mulai masak katering utk anak2 sini, kemaren ada obrolan kita di sini soal itu. Pada bosen katanya makan masakan luar, lebih boros juga..." Lanjutku.
"Wahh bBagus tu den..tapi perlu modal, ibu mertua saya pinter masak.."Jawabnya semangat.
"Gampang soal modal, nanti saya pinjemin..klo mau mulai depan mbak..nanti saya tawarin temen2 saya.."
"Gak enak klo dipinjemin melulu, kasian den Bagus.." Jawabnya.
"Yaa klo utk bisnis kenapa gak mbak, sama2 bantu..saya jg nanti minta harga diskon dong..hehe.." Jawabku.
"Hehe..untuk den Bagus gratis aja..lha uangnya kan dari aden jg.."
"Yaa gak boleh gitu mbak, bisnis tetep bisnis.."Jawabku.
"Duh saya makin banyak utang budi dong den.."Lanjutnya.
"Jgn berpikir gitu..saling bantu wajar aja mbak.."
"Yo wis, nanti tak bilangin sama ibu mertua, dia pasti seneng.."
"Iya mdh2an jalan mbak..semangat yg penting.."Jawabku.
Obrolan pagi itu terasa menyenangkan, spertinya dia benar2 melupakan kejahatanku waktu itu. Aku merasa lega, walau dalam hati aku menginginkan kehangatanya lagi. Pasti nanti ada jalannya, sabar aja, setan itu kembali membisiki.
Minggu pagi, keesokan harinya, mbak Mirna datang membawa anak perempuanya ke rumah.
"Maaf yaa den, si Rini saya bawa, mbahnya td pagi dijemput ipar saya ke Solo, mau ada acara kawinan sodaranya."
"Yaa gak papa mbak, biar dia bisa maen di sini, hei pa kabar cantik.." Seruku sambil tersenyum ramah kepada anaknya.
Bocah itu tersipu dan bersembunyi dibalik kaki ibunya.
"Saya mau jalan dulu ya mbak, ada acara kawinan anak kantor..siang baru pulang.."
"Nggih den....monggo.." Jawabnya.
Aku segera berlalu, mbak Mirna terlihat manis pagi ini, rambutnya terurai ikal menjuntai ke bahu. Paduan kaos biru dan celana jeans ketatnya itu membuatnya terlihat lebih muda. Well..well..well..kapan kita bisa bisa berdua di kamar lagi mbak, ucapku dalam hati.
Hujan turun dengan lebatnya sesampainya aku kembali di rumah. Sebagian kemeja dan celanaku telah basah kuyup.
"Waah keujanan den..ini dipake handuknya dulu, nanti mbak bikinin aer panas.."Serunya ketika membuka pintu.
"Makasih mbak.." Aku langsung berlalu ke kamar, mengelap kepala dan tubuhku dengan handuk dan mengganti pakaian.
"Rini kemana mbak, kok sepi.." Ujarku ketika duduk diruang tamu.
" Barusan tidur di kamar belakang den..sudah kenyang tidur dia..wah..kenceng ya anginya.."Jawabnnya.
"Iya mbak, sudah lama jg gak ujan.."
"Ini mbak bikinin teh anget pake jahe den..diminum.." Lanjutnya.
" mantep nih..makasih mbak.."Jawabku sambil menerima cangkir dari tanganya.
Teh itu tidak terlalu lama mengepul, udara dingin perkebunan ini membuatnya segera tidak begitu panas lagi. Udara diluar gelap seperi senja. Angin menerpa atap seng,menimbulkan suara berisik.
"Masih sibuk mbak, santai aja dulu duduk2 di sini.."Ujarku melihatnya mondar mandir.
"Iya den, sebentar mau mindahin air panas ke termos.."Jawabnya.
Tak lama dia menghampiriku dengan membawa sepiring biskuit dan teh utk dirinya. Kami belum memulai obrolan. Aku masih sibuk membalas sms teman2ku.
"Mbak gimana kabarnya, urusan yg dulu itu sudah selesai.." Ujarku memulai pembicaraan.
Dia sedikit terusik dengan pertanyaanku.
"Sudah den..mbak sudah kapok gak mau lagi maen gituan..gak ada gunanya.."Jawabnya.
"Hehe..iya mbak, ngapain jg..dikerjain bandar aja kalo togel sih.."Jawabku tersenyum.
"Uangnya nanti pelan2 mbak angsur yaa den..maaf.."Lanjutnya.
"Gak papa mbak, santai aja, nanti klo kateringnya lancar mbak bisa dapet tambahan..tenang aja.." Jawabku.
"Makasih den.."
Kami kembali terdiam. Tiba2 aku tergelitik utk bertanya tentang peristiwa dulu itu. Sedikit ragu jika itu membuatnya tidak nyaman tapi kalimat itu mengalir tanpa bisa kutahan.
"Mbak..maaf boleh saya nanya.."
"Boleh den..mo nanya apa.."Jawabnya.
"Yg kemaren itu..mbak gak marah dengan saya ?" Lanjutku.
Dia terdiam beberapa saat,aura wajahnya berubah.
"Mmm..mbak ikhlas kok den..salah mbak juga..sudahlah gak papa.."jawabnya pelan sambil mengalihkan pandangan ke arah jendela.
"Boleh nanya lagi mbak.." Lanjutku.
"Monggo den.."
"Apa yg mbak rasa waktu itu,..mm..waktu di kamar.." kalimatku makin menjebak.
"....mmmm...gimana ya..gak tau den.."Jawabnya, wajahnya terlihat canggung.
" Sakit..atau jijik mbak.."
"Jijik kenapa..sakit sih iya.." Jawabnya pelan.
"..aden kok bisa begitu waktu itu..mbak ini jauh lebih tua..kok bisa.." Lanjutnya.
" ..nafsu laki2 mbak..liar..kadang gak bisa kontrol.."Jawabku.
"Soal tua sih gak jadi soal..jujur aja, mbak masih menarik kok.."Lanjutku makin berani.
"Menarik apanya..aden masih muda..cari pacar yang muda, cantik..gak susah.."Jawabnya.
"...well..saya masih belum tertarik utk pacaran lagi mbak.."
" Apa yg aden pikir semenjak kejadian itu soal mbak.."Tanyanya kembali.
" Maksudnya..?"
"Yaa apa aden pikir mbak ini jadi perempuan gimanaa gitu di pandangan den Bagus.."
"Saya nyesel sesudahnya mbak, gak tega bikin mbak gitu..yaa selanjutnya saya masih respek kok sama mbak.."Jawabku.
"..mbak juga nyesel.."
" tapi kalo boleh jujur..maaf yaaa mbak.."
"Apa den..ngomong aja.."Jawabnya penasaran.
".. Saya pengen ngulangin lagi..saya tau itu gak mungkin..maaf yaa mbak.."Suaraku sedikit bergetar, jantungku berdetak cepat.
"....mmm...apa yg aden cari..mbak seperti ini, perempuan kampung, gak cantik..dah tua lagi.." Wajahnya lekat2 menatapku.
" ..masih tetep menarik kok mbak..saya masih suka inget2 kejadian itu.."Jawabku.
Mbak Mirna tersenyum tipis, aku penasaran apa yg ada dalam pikiranya.
"Apa yg aden inget waktu kejadian itu.." Ujarnya.
"Yaa indah mbak..malem sabtu kemaren saya sempet mimpiin mbak gituan sama saya..sorry.."Jawabku.
"hehe..aden masih muda, wajar kalo pikiran ke arah itunya masih kuat, jadi.."
"Sekarang jg lagi mikirin itu mbak.."Aku memotong kalimatnya.
"..hmm...yaaa mbak berat hati utk begitu lg ..takut den.."Jawabnya.
"Kalo saya minta tolong supaya mbak gak takut lagi gimana.."Responku mencecar pikiranya.
"Yaaaa..gimana den..gak usah de..yg sudah yaa sudah.."Jawabnya.
Aku paham dia tengah dilanda kebingungan, di satu sisi dia segan menepis godaanku, di sisi lain dia tidak ingin terjerembab dalam perzinahan bersamaku lagi.
Aku menggeserkan dudukku mendekat. Tanganku memegang jemari tanganya. Wanita ini terkesiap dgn kenekatanku.
"Mbak..gak perlu takut..mbak bisa minta apa aja dari saya.." Ujarku sambil menatap kedua matanya lekat2.
" Jangan den..dosa...."Jawabnya ketakutan.
Tapi dia sudah terlambat, ciuman bibirku telah mendarat di bibirnya. Aku memagut2 bibir itu pelan.
Wajahnya pucat pasi..antara kaget dan bingung dengan apa yg dia tengah rasa. Aku kembali menciumi wajahnya, bibir kami kembali bertemu, tanganku telah melingkar dengan manis di lehernya.
Dia hanya terdiam..tanpa reaksi. Tidak ada penolakan, aku makin berani merapatkan tubuhku. Kali ini tidak hanya bibir dan sekitar wajahnya, ciumanku mendarat di leher dan belakang telinganya. Mbak Mirna bergidik, tubuhnya merinding.
Mendung semakin gelap diluar, petir sesekali menggelegar diiringi deru angin kencang. Aku berdiri, kedua tanganku menggapai tanganya, menariknya keatas kemudian membawanya melangkah mengikutiku, ke arah kamar...
Mbak Mirna sama sekali tidak bereaksi, dia kikuk mengikuti langkahku. Wajahnya takut2 melihatku ketika pintu kamar itu tertutup rapat.
Ruangan kamar cukup gelap, hanya sebagian tubuh atas kami yg terlihat jelas. Tidak perlu lagi berkata2, segera tuntaskan apa yg ada dalam hati.
Aku membimbingnya utk berbaring diranjang. Wajahnya menatapiku tanpa henti,menanti kejutan2 selanjutnya. Aku kembali menciumi bibir itu, tidak ada balasan berarti darinya. Seluruh leher dan bagian dadanya yg tertutup kaos itu habis ku kecup. Nafas mbak Mirna terdengar menderu.
Tidak perlu lagi basa basi, aku segera melepas habis pakaian yg dikenakanya. Hanya tertinggal bra dan celana dalam lusuh itu menutupi. Tubuhku pun telah hampir telanjang, pakaianku berserakan di lantai. Aku langsung menindih tubuhnya.
Mbak Mirna mendesah, jantungnya terdengar cepat berdetak di telingaku, mulutku tengah puas mencium dan menggigit2 payudaranya yg lumayan besar.
Kulit kami saling menempel, bulu2 diperutku mungkin membuatnya makin merinding. Tanganku telah kesana kemari meraba tubuhnya, jemariku lincah menggosok2 sekitar selangkanganya.
Penisku telah sedari tadi diruang tamu mengacung keras, diranjang ini dia semakin garang menempel dan kadang2 menggesek tepat ditengah2 selangkangan mbak Mirna. Dia makin terbuai oleh rangsangan dariku. Wanita ini siap sedia untuku hari ini, aku sangat beruntung.
Akhirnya kami sudah sama2 siap tempur. Vaginya sudah terkuak lebar dan basah. Permainan lidahku tadi di situ telah membuatnya tanpa sungkan2 merintih dan mencengkram erat kepalaku.
Pahanya terkulai lebar ke samping, aku sudah bersiap menusuk. Sedikit demi sedikit batang itu terbenam diiringi dengan rintihan mbak Mirna dan desis yg keluar dari mulutku. Kami berpelukan erat ketika penis itu telah berhasil menyentuh dasar vaginanya. Oh my gosh, nikmat sekali.
Kami kembali berpagutan, pelan2 aku menarik ulur selangkanganku. Mbak Mirna hingga memeluk pantatku merasakan sensasi itu.
"Nikmatilah mbak,nikmati yg sudah lama tidak kau rasakan. Usiaku memang terlalu muda untukmu, tapi aku sanggup memberimu kepuasan," ujarku dalam hati.
Aku ingin menikmati moment ini lebih lama, aku mengaduk2 kewanitaanya perlahan dan lembut. Suasana begitu romantis.
"Uhh..uhh..shhh..hhhh..." Mbak Mirna mendesah setiap kali aku menusuk selangkanganya. Tanganya lembut memeluk punggungku.
Kami terus berpagutan, pantatku meliuk2 menghantam. Makin lama gerakanku makin cepat. Tenagaku seperti tidak habis membawanya pada kenikmatan. Mungkin lebih dari 15 menit berlangsung, mbak Mirna mulai kewalahan. Jepitan pahanya makin kuat sementara pantatnya tidak henti bergerak ke atas menyambut penisku, nafasnya sudah tersengal. Mungkin tidak lama lagi mbak Mirna mencapai klimaks.
"Buuuk..ibuuuk..di manaaa...rini pengen pipis.." Tiba2 suara anaknya terdengar nyaring di depan pintu kamar.
Kami yg tengah melambung terkesiap kaget dan melepas pelukan. Sekejap saja kami telah berdiri, saling bertatapan dalam kebingungan.
"Buuk...ibuuuk.."Lanjut bocah itu.
Damn it..aku menyumpah dalam hati.
"Iya sebentar naaaak..pipis aja di dapur..ada kamar mandi di situ..ibu lagi beresin kamar..sebentar lagi keluar.." Jawab mbak Mirna panik berusaha memungut pakaianya yg berserakan di kasur.
"Iya buk.." Jawab bocah itu.
"Nanti baring aja lagi di kamar, ibu nanti nyusul.."Jawabnya sambil berusaha meraih celana dalamnya.
Aku menahan tanganya, "biar aja mbak..tanggung sebentar lagi.." Ujarku.
"Jangan..nanti dia curiga.." Jawabnya menepis tanganku.
"Nggak..sebentar lagi..tenang aja.."Seruku.
"Jangan Den.." Jawabnya, tapi kalimat itu terpotong.
Aku menarik tubuhnya, nafsuku sudah memuncak. Aku mendorong tubuh telanjangnya menghadap meja kecil di hadapan kami. Dengan sekali kibasan seluruh benda2 kecil di atasnya berlompatan jatuh ke lantai dengan suara yg berisik.
"Den..nanti den...sabar.." Jawabnya kebingungan.
Aku tidak memperdulikan ucapanya. Tubuhnya ku dorong merapat ke pinggir meja, kedua kakinya aku paksa untuk melebar, pantatnya aku tarik ke belakang. Posisi mbak Mirna sudah menungging di depanku, belahan pantat itu mempertontonkan lubang anusnya.
Aku menjadi kian brutal, pantat besar dan bahenol itu ku angkat, bagian vagina dan rambut2 halus itu terpampang didepan selangkanganku. Penisku langsung mendekat, langsung menghujam masuk. Pemandangan dibawaku membuatku makin bernafsu.Batang penis itu perlahan menghilang diantara bongkahan pantatnya.
O gosh..nikmat sekali, aku mendesis2 menahan geli. Segera saja tubuhku menyodok2 dengan kuat. Tubuh mbak Mirna maju mundur terpapar seranganku. Sebentar saja dia kembali merintih.
Permainan kami berlangsung cepat, kekagetan tadi itu menambah selera, bunyi gesekan kemaluan kami mengiringi. Mbak Mirna memutar2 pinggulnya berusaha segera meraih akhir perjuangan. Peniskupun sudah seperti ingin meledak.
Tubuhku semakin kuat menekannya kedepan, mbak Mirna gemulai memutar pantatnya kesana kemari, makin liar dan binal dan akhirnya dia meraih klimaks.
"Uhhhh...uhhh...dennn....aduuuhh..uuhh..huhhu..huh uuu..uuhh.." Jeritnya sambil terisak.
Kedua pahanya mengejang kaku,kepalanya hingga terbaring dipermukaan meja sambil terus merintih tiada henti. Cairan hangat kewanitaanya membasahi penisku di dalam.
Aku ingin segera merasakan hal yg sama, sodokanku makin cepat melabraknya.Beberapa kali ayunan akhirnya pantatku berhenti bergerak bersiap meregang, tanganku kuat mencengkram pinggulnya.
"Cabut den..cabut...jangan didalem.."Serunya panik.
Aku masih sempat menarik penisku keluar tepat ketika spermaku datang menerjang.
"Ahhhhh....mbakkk..oooh...shhh..ahhh..."Jeritk u ketika sperma itu menyemprot panas tepat diatas bongkahan pantat bahenol mbak Mirna.
Sebagian mendarat di dalam belahan pantatnya, mengalir turun menelusuri permukaan anusnya. Jari tangan mbak Mirna menyelusup dibagian situ, menahan aliran sperma itu mendekati vaginanya dan menyekanya dengan cepat.
Kami terkesima dengan nafas tersengal. Nikmat masih menjalari benak kami dalam bisu. Akhirnya permainan ini usai.
Aku terduduk lemas di pinggir ranjang menatap mbak Mirna yg masih berdiri dari belakang, badanya limbung memegang pinggiran meja. Cairan sperma itu berkilauan pada bagian pantatnya. Juga terlihat cairan putih kental dari dalam vaginanya yg tertahan bulu lebat kemaluan mbak Mirna.
Hujan telah reda ketika kami duduk di ruang tamu. Bocah kecil itu tengah serius menonton tivi di belakang kami. Dia tidak menyadari bahwa ibunya baru saja telah bertarung hebat di kamar bersamaku.
Mata kami yg hanya berbicara saat itu, apa yg sudah terjadi tadi membungkam kami tenggelam dalam pikiran masing2.
Semenjak hari itu hubungan kami berada dalam suasana yg baru. Usaha katering yg kujanjikan berjalan sukes, tarah hidup mbak Mirna meningkat lebih baik.
Hingga hari ini mbak Mirna masih menemani gairah mudaku yg tak kenal batas. Ada terbersit dalam hati untuk menikahinya suatu hari nanti, biarlah waktu yg menentukan akhirnya. Udara dingin perkebunan teh ini membuat kami terus larut.
Cerita Dewasa : ML dengan Mantan Pacar
Cerita Dewasa : ML dengan Mantan Pacar - Aku adalah seorang ibu rumah tangga berusia kurang lebih 30 tahun. Pernikahan kami telah berjalan kurang lebih 7 tahun dan mempunyai seorang anak yang sudah sekolah di playgroup. Suamiku adalah seorang pekerja di perusahaan swasta, karena kesibukan pekerjaannya dia biasa pergi pagi dan pulang malam. Walau begitu hubungan kami berjalan dengan baik.
Kami biasa terbuka dalam berbagai hal, termasuk masalah sex. Sayangnya
karena pekerjaannya, staminanya di ranjang kurang bisa memuaskan
keinginanku. Aku inginnya berhubungan sex tiap hari, sementara suamiku
paling sanggup tiga hari sekali. Itupun setelah ejakulasi, dia tidak
sanggup untuk menambah ronde. Satu hal yang dia suka bilang adalah
keinginannya untuk melihatku berhubungan sex dengan laki-laki lain. Dan
bahkan dia bilang kalau dia enggak perlu melihat langsung, asal setiap
aku sudah berhubungan sex dengan laki-laki lain aku harus menceritakan
detailnya dan dilakukan dengan sepengetahuan suamiku. Syarat lainnya
adalah, bahwa aku menyukai laki-laki tsb, ganteng dan yang penting aku
bisa menikmati hubungan sex-ku dengan laki-laki tersebut.
Perlu aku ceritakan, bahwa sebelum menikah dengan suamiku sekarang ini,
aku hanya pernah mempunyai pacar sekali. Itupun kami hanya sebatas
berpacaran, jangankan berhubungan sex, bahkan berciuman pun belum
pernah. Meskipun pernah pacarku dulu itu memintaku untuk menciumku namun
dengan halus aku menolaknya. Jadi bagiku suamiku adalah laki-laki
pertama yang berhubungan sex denganku. Awalnya keinginan suamiku ini
cuma sekedar ‘pillow-talk’ atau fantasi ketika kami melakukan pemanasan
sebelum melakukan hubungan sex dengan suamiku. Sampai pada suatu hari.
Awalnya suatu pagi, seperti biasa setelah suamiku pergi ke kantor
sekaligus mengantarku anakku pergi ke playgroup, aku pergi mandi. Karena
biasanya pagi hari sebelum suami dan anakku pergi, aku menyelesaikan
pekerjaan rutin rumah tangga dan menyiapkan sarapan. Ketika baru saja
aku selesai mandi, dan masih mengenakan kimono handuk, tiba-tiba bel
berbunyi. Dalam keadaan tubuh telanjang dan hanya ditutupi kimono, aku
pergi untuk membuka pintu. Betapa kagetnya aku, ketika ternyata yang
datang adalah Pram, mantan pacarku dulu.
Dalam keadaan gugup, bercampur senang aku tidak mampu berkata kecuali
mempersilakan dia masuk dan lalu mengunci pintu. Aku bahkan lupa kalau
aku cuma pake kimono. Tampangnya masih seperti dulu, kecuali bahwa kini
dia tampak sedikit lebih gemuk dan lebih dewasa. Meski aku akui bahwa
aku sangat menyayangi suamiku, kadang-kadang aku masih suka merindukan
mantan pacarku ini. Dalam keadaan masih gugup, tiba-tiba Pram
menggenggam tanganku dan bertanya tentang kabarku, aku hanya bisa
menjawab lirih. Namun aku tidak bisa menyembunyikan binar mataku,
melepas rinduku padanya. Tiba-tiba dia mendaratkan ciumannya ke pipiku
dengan lembut, dia bilang dia sangat merindukanku. Sambil kemudian
tangannya memelukku, dia bilang kalau dia tunggu dari pagi diatas
mobilnya, dan begitu tahu kalau suamiku sudah pergi dia lalu pergi
memencet bel rumahku.
Dalam pelukannya yang makin erat dia bilang, aku ingin menciummu.
Sesuatu yang dari dulu ingin dia lakukan namun belum terlaksana. Dalam
keadaan seperti itu aku hanya bisa memejamkan mataku dan bersiap
menerima ciumannya. Lalu kurasakan bibir Pram dengan kumis tipisnya
mulai menyentuh bibirku, dan aku lalu menyambut ciumannya dengan membuka
mulutku. Masih dalam keadaan mata terpejam lidah Pram mulai menjelajahi
mulutku dan aku membalasnya dengan penuh gairah kerinduan. Lalu perlahan
kurasakan tangannya yang tadi mendekapku mulai mengelus bagian pantatku
dari luar kimono.
Awalnya cuma remasan ringan namun kemudian dia mulai meremas dengan
penuh berahi. Mendapat perlakuan demikian, nafasku makin tersengal dan
ciumanku makin hot. Lalu tangan Pram mulai menelusup ke balik kimonoku
dan meremas pantatku dengan mesranya. Aku makin terhanyut, dan sangat
menikmati permainannya ketika akhirnya bibirnya mulai menjelajahi
leherku lalu kemudian turun ke arah payudaraku. Perlahan tangan Pram
mulai membuka kimonoku sampai akhirnya kimonoku terjatuh di lantai dan
aku kini telanjang bulat. Ya, baru pertama kalinya kini tubuh
telanjangku disaksikan oleh laki-laki lain selain suamiku. Namun
birahiku sudah makin meninggi, sehingga tanganku pun mulai membuka
kemeja Pram dan kuusap dadanya dan kadang kuelus puting Pram. Bibir Pram
kini mulai mengisap payudaraku bergantian dan jari tangannya mulai
memainkan vaginaku.
Aku kini sudah benar-benar enggak tahan dan meminta dia untuk memasukkan
penisnya ke vaginaku yang kini sudah sangat basah. Lalu dia menggendong
tubuh telanjangku ke kamar tidur, dimana aku biasa tidur dengan suamiku.
Setelah meletakanku di ranjang Pram lalu membuka celananya sehingga kini
dia pun telanjang. Aku agak sedikit kaget, ternya ukuran penis Pram
lebih besar dari ukuran suamiku. Meskipun badannya lebih kecil dari
suamiku. Pram lalu menghampiriku mencium bibirku lagi dan perlahan
mencium seluruh badanku sampai akhirnya bibirnya mulai menyentuh vaginaku.
Betapa lembutnya, lidahnya mulai menjilati klitorisku dan terkadang
dimasukannya ke lubang vaginaku. Vaginaku makin basah, tanganku pun
mulai meraih penisnya, yang ternyata benar benar lebih besar dari milik
suamiku. Sampai aku tidak tahan lagi dan memohon Pram untuk segera
memasukkan penisnya ke vaginaku. Setelah membasahi kepala penisnya, Pram
mulai mengarahkan penisnya ke arah vaginaku yang kini benar benar
menginginkan untuk dimasuki penisnya yang besar itu. Agak susah awalnya,
namun secara perlahan dan lembut penisnya kini masuk seluruhnya di
vaginaku. Tak dapat kugambarkan betapa kini aku sangat terhanyut,
vaginaku terasa penuh oleh penisnya dan gairah yang didorong
kerinduanku. Sehingga tak lama aku merasakan orgasmeku makin dekat dan
aku meminta Pram untuk menggerakkan penisnya dengan cepat. Sampai
kemudian aku benar benar mencapai puncak dan memeluknya dengan erat.
Melepaskan segala rindu dan hasrat.
Setelah orgasmeku mulai menurun Pram masih memelukku dengan erat, lalu
mulai menggerakkan penisnya lagi dengan perlahan. Kira-kira lima belas
menit berlalu namun ternyata Pram masih belum ejakulasi. Padahal
biasanya suamiku paling tahan sekitar lima menitan. Lalu kemudian Pram
membalikkan badanku, sehingga kini aku yang di atas dan dia di bawah.
Aku lalu mengambil inisiatif dengan setengah berjongkok dan menggerakkan
pantatku merasakan penisnya keluar masuk di vaginaku. Aku hampir
mencapai orgasmeku yang kedua ketika tiba-tiba Pram bilang kalau dia
hampir ejakulasi, dia lalu tanya apakah dia harus ejakulasi di luar, aku
bilang di dalam saja karena toh aku sudah pasang KB. Lalu kemudian dia
benar benar berejakulasi. Kurasakan spermanya menyemprot dengan keras.
Sampai 5 kali dia menyemprotkan spermanya yang hangat di vaginaku lalu
akhirnya diapun terkulai lemas. Aku hanya bisa memeluknya, merasakan
kehangatan spermanya dan menikmati sisa sisa kekerasan penisnya yang
mulai mengecil di vaginaku.
Tiba tiba aku dengar pintu garasi terbuka. Lalu cepat kusambar kimonoku.
Aku pikir pasti suamiku yang datang, karena biasanya dia masuk melalui
pintu garasi. Ternyata benar, suamiku yang datang. Dalam keadaan rambut
acak-acakan dan sperma Pram yang menetes sampai ke pahaku, aku tanya
kenapa dia pulang. Rupanya dia ketinggalan agenda kerjanya dan bermaksud
mengambil kedalam. Tapi aku larang, dia bilang kenapa, lalu aku
ceritakan singkat kalau di dalam ada Pram. Terus dia tanya kenapa
rambutku acak-acakan, dipikirnya aku belum mandi.
Tadinya aku takut untuk berterus terang sampai kemudian dia bilang
apakah aku baru making love sama Pram. Aku jawab ya, ternyata mendengar
itu, suamiku jadi sangat terangsang. Lalu dia bilang boleh dia lihat.
Lalu kubuka kimonoku, tampak vaginaku yang memerah dan sperma Pram yang
masih menetes dari vaginaku. Lalu tanpa banyak bicara suamiku jongkok di
hadapanku yang masih berdiri dan mulai menjilati cairan sperma yang
menetes di pahaku, lalu jilatannya mulai beralih ke vaginaku dan
menjilati sperma Pram sampai bersih. Setelah itu dia memintaku
menungging, lalu suamiku menurunkan celananya sampai di mata kaki dan
mulai memasukkan penisnya ke vaginaku yang masih dipenuhi sisa sperma Pram.
Vaginaku kini terasa longgar, karena baru dimasuki penis yang lebih
besar dan masih penuh sisa sperma, namun tampaknya suamiku sudah sangat
bernafsu, mungkin karena fantasinya kini jadi nyata. Sehingga tak lama
dia pun langsung berejakulasi, menyebabkan vaginaku kini terisi oleh
sperma dari dua laki-laki yang berbeda. Lalu dia kembali mengancingkan
celananya, dan bilang untuk ambilkan agendanya. Lalu dia bilang kalau
dia lagi buru-buru karena mau ada rapat di kantornya. Setelah suamiku
pergi, aku pergi ke kamar mandi dan membersihkan vaginaku. Ketika aku
kembali ke kamar, Pram bertanya siapa yang datang, lalu kujawab tadi
orang yang minta iuran bulanan RT. Lalu aku hampiri Pram, lalu kukulum
penisnya yang masih kecil. Perlahan penisnya mulai menegang kembali dan
kamipun kembali making love sampai aku mengalami dua kali orgasme dan
dia menumpahkan kembali spermanya di vaginaku.
Baik Pram maupun aku sangat terkesan dengan apa yang baru kami lakukan.
Menjadi sangat istimewa karena baru saat inilah aku merasakan memekku
dimasuki kontol selain milik suamiku dan sekaligus orang yang mengisinya
adalah seseorang yang pernah punya kesan khusus di hatiku. Dengan berat
hati aku bilang kalau sekarang dia harus pergi karena aku harus
menjemput anakku. Sebelum pergi, Pram meninggalkan nomor handphone dan
memintaku untuk menghubunginya setiap saat aku membutuhkannya. Aku
kemudian mengantarnya sampai ke pintu depan dan dia meninggalkanku
dengan ciuman lembut di pipi.
Malamnya ketika suamiku pulang, dan anakku sudah tidur suamiku minta aku
menceritakan tentang apa yang aku lakukan dengan Pram tadi siang. Sambil
berbaring berdua aku mulai bercerita. Sambil seksama mendengarkan
tangannya menelusup ke balik rokku dan langsung menuju ke memekku (aku
tidak pakai celana dalam). Lalu di bilang, wah memeknya masih bengkak
nih. Lalu jarinya mulai mengusap itilku. Sambil terus bercerita aku usap
puting susu suamiku sehingga suamiku makin terangsang mendengar
ceritaku. Dia jadi tidak sabar dan membuka celananya lalu memasukkan
kontolnya ke memekku.
Aku baru mulai menikmati gerakan kontolnya di memekku ketika tiba-tiba
suamiku bilang kalau dia sudah mau ejakulasi. Aku bilang tahan dulu
karena aku masih belum mau orgasme, namun apa daya suamiku tak mampu
menahan dan akhirnya dia menyemprotkan spermanya di dalam memekku. Tak
lama kontolnya mulai layu dan kemudian dia tertidur kecapean. Aku kini
dalam posisi “menggantung” karena aku belum orgasme. Kemudian kucoba
untuk melanjutkan dengan jalan memainkan jariku di memekku. Entah
mengapa meskipun suamiku ada di sisiku, saat bermastrubasi yang justru
aku bayangkan seolah-olah Pram yang kini sedang menyetubuhiku. Sambil
membayangkan kejadian tadi siang aku terus memainkan memekku sampai
kemudian aku orgasme. Namun kuakui rasanya tidak sehebat dengan apa yang
aku rasakan tadi siang.
Besoknya perasaan menggantung itu masih ada. Dan seperti rutinitas
biasa, setelah suami dan anakku pergi, aku kembali sendiri di rumah.
Tiba-tiba keinginan untuk mengulangi apa yang kulakukan kemarin dengan
Pram muncul dengan kuat. Aku hubungi nomor HP-nya dan menanyakan apakah
ia bisa datang sekarang. Sayangnya dia bilang tidak bisa, karena ada
yang harus dia kerjakan pagi ini. Lalu aku tanya gimana kalau malam. Dia
balik tanya bagaimana dengan suamiku. Aku bilang kalau suamiku
sebernarnya tahu apa yang kita lakukan kemarin dan dia menyetujuinya.
Jadi aku pikir malam ini pun tidak apa-apa kalau dia datang. Tapi dia
jawab dia masih merasa sungkan untuk ketemu dengan suamiku.
Akhirnya aku usulkan gimana kalau kita keluar sekalian makan malam, tapi
aku mau bilang suamiku dulu. Dia bilang setuju karena malam ini dia
punya banyak waktu. Katanya hari ini adalah hari terakhir dia berada di
kotaku untuk pekerjaannya sebelum besok di kembali ke kotanya. Aku
kemudian menelepon suamiku dan menceritakan rencanaku, suamiku bilang
oke. Aku begitu bersemangat dan ingin mempersiapkan sesuatunya dengan
baik. Aku lalu pergi ke kamar mandi, mencukur bulu memekku dan memakai
lulur wangi sehingga nanti malam Pram benar-benar terkesan dengan
penampilanku.
Malam hari jam delapan suamiku pulang. Anakku sudah tertidur setengah
jam yang lalu karena siangnya dia bermain sehingga tidak tidur siang.
Suamiku mendapatiku sudah berdandan rapi dan wangi. Dia kemudian ajak
aku makan malam, namun aku bilang kalau aku mau makan malam diluar
dengan Pram. Akhirnya dia makan malam sendiri. Aku lalu telepon Pram
untuk datang menjemputku. Sebelum Pram datang suamiku memeluk dan
menciumku, tangannya lalu merambah memekku, dia merasakan memekku yang
licin karena pagi tadi baru dicukur. Sambil tersenyum dia bilang, wah
persiapannya hebat sekali, katanya lagi dia jamin Pram pasti tidak akan
merasa cukup menyetubuhiku cuma sekali. Sebelum aku pergi dengan Pram
suamiku penasaran ingin menjilat memekku yang licin, lalu dia
menyingkapkan rokku, membuka celana dalamku dan mulai menjilati memekku.
Aku sedang menikmati jilatan lidahnya di memekku ketika kudengar suara
klakson di depan. Kulihat melalui jendela, ternyata Pram yang datang.
Lantas aku pamit sama suamiku, suamiku bilang celana dalamnya enggak
usah dipake toh aku tidak akan membutuhkannya. Aku cuma tersipu
mendengar ucapannya.
Aku keluar dan langsung menuju Pram yang masih dimobilnya. Sampai di
dalam mobil Pram menyambutku dengan ciuman kecil di pipiku. Lalu dia
tanya sekarang mau kemana. Aku cuma bilang terserah dia. Lantas Pram
mengarahkan mobilnya ke sebuah restoran. Turun dari mobil, Pram memeluk
pinggangku sambil berjalan menuju restoran, serasa masa berpacaran kami
dulu. Makan malam berlangsung dengan romantis, diselilngi dengan saling
bercerita tentang masa kami berpacaran dulu. Dia bilang dia sangat
berbahagia karena kini telah merasakan apa yang dulu sangat ingin
rasakan namun belum pernah terlaksana. Dia menambahkan kalau sampai
sekarang dia masih belum menikah. Dia bilang meskipun kini dia sudah
punya tunangan, dia masih sering mengingatku dan karenanya benar-benar
menikmati kebersamaan ini.
Selesai makan malam, Pram mengarahkan mobilnya ke luar kota. Menjelang
di luar kota, di daerah yang sejuk kami lalu berbelok memasuki sebuah
motel. Sebuah motel yang cukup luas dan asri. Mobil langsung menuju
garasi yang terletak persis di bawah kamar motel. Seorang pelayan
membukakan pintu garasi dan langsung menyodorkan formulir check-in.
Setelah menandatangani formulir serta membayar tagihan awal, si pelayan
kemudian menutup pintu garasi. Pram lalu mengajakku menaiki tangga
menuju kamar motel di atas.
Kamar motel itu cukup luas, ada sebuah ranjang ukuran kingbed,
seperangkat sofa dan TV set, serta kamar mandi yang dilengkapi bathtub.
Pram rupanya sudah tidak sabar lagi, tanpa berkata dia langsung
menarikku dan mencium bibirku dengan penuh gairah. Kusambut ciumannya
dengan penuh gairah pula. Sambil menciumku tangan Pram dengan
semangatnya meremas susuku. Aku kemudian membuka celana yang dia kenakan
dan tak sabar aku dorong Pram ke arah ranjang. Dalam keadaan Pram yang
terlentang kumasukkan kontol Pram ke mulutku dan mulai mengulumnya
dengan semangat. Kumainkan kontolnya yang besar itu keluar masuk
mulutku. Pram hanya bisa memejamkan matanya menikmati hisapanku. Tak
lama Pram bilang kalau dia ingin menjilati memekku. Pram lantas mencopot
seluruh pakaianku dan pakaiannya sendiri, sampai kami berdua kini
telanjang bulat. Lalu dia kembali berbaring dan memintaku meletakkan
pantatku di atas mukanya.
Maka dengan posisi 69 aku kembali mengulum kontol Pram sementara dia
menjilat memek dan itilku. Kira kira setengah jam kami dalam posisi itu
ketika kurasakan orgasmeku telah mendekat, sampai kemudian aku mencapai
orgasme. Dengan mulut masih mengisap kontol Pram, kutekankan memekku
dengan kuat ke muka Pram. Dia sendiri dengan kuat mengisap itilku sampai
aku benar benar melayang. Beberapa saat setelah orgasmeku memudar, Pram
lalu membaringkanku di ranjang, mulutnya kini mengisap puting susuku
bergantian. Setelah puas mengisap dan mengulum susuku, kemudian dia naik
ke atasku dan mengarahkan kontolnya di memekku. Dengan lembut dia
mengusapkan kepala kontolnya di memekku. Memekku kini sudah sangat basah
dan menginginkan kontolnya untuk segera dimasukkan ke memekku. Perlahan
Pram menekan kontolnya ke lubang memekku. Meski memekku sudah basah,
Pram agak kesulitan untuk memasukkan kontolnya. Dengan jariku, kubuka
bibir memekku lebar-lebar, sampai kemudian seluruh kontolnya masuk di
memekku. Dia mulai menggerakkan kontolnya keluar masuk memekku.
Setelah kira-kira 10 menit Pram mengentotku, tiba tiba aku merasakan
kalau aku ingin pipis. Aku bilang kalau aku mau pipis dulu, Pram
mencabut kontolnya dan lalu menuntunku ke kamar mandi. Di kamar mandi,
Pram minta aku kencing sambil berdiri, lalu mulutnya kembali menjilati
memekku. Dorongan untuk pipis sudah sangat mendesak dan aku sudah tidak
tahan lagi. Dan air kencingku kini menyembur dengan deras. Tapi Pram
malah terus menjilati memekku sehingga air kencingku mengenai wajahnya
bertubi-tubi. Setelah selesai, Pram menyalakan shower dan mengajakku
mandi bareng. Tangannya membalurkan sabun ke seluruh tubuhku, dan ketika
giliranku menyabuninya ketika sampai di bagian kontolnya kukocok
kontolnya sampai sambil tertawa dia bilang “sudah nanti aku keburu
nyampe di luar”. Sambil terus bercanda Pram bilang sini aku sabuni
bagian dalam memekku. Aku bilang gimana caranya? Lalu dia memintaku
sedikit menungging, sambil masih berdiri dan kontolnya penuh sabun, dia
lalu memasukkan kontolnya ke memekku. Dia bilang begini caranya
menyabuni bagian dalam memekmu.
Lantas, dia mengisi bathtub lalu mengajak untuk meneruskan permainan
cinta kami di bathtub. Pram lalu berbaring dan minta aku memasukkan
kontolnya dengan posisiku di atas. Aku menggerakkan pantatku naik turun
sampai air di bathtub bergelombang karena gerakan kami. Setelah kurang
lebih setengah jam Pram lalu memintaku menungging di bathtub dan
memasukkan kontolnya dari belakang. Dengan gerakan yang makin lama makin
cepat aku kemudian mencapai orgasmeku yang kedua yang tak lama kemudian
Pram pun mencapai ejakulasi. Pram menyemprotkan spermanya yang hangat di
memekku.
Setelah mengeringkan badan, lalu kami berdua pergi ke ranjang dan sambil
saling berpelukan kami tertidur bagaikan sepasang pengantin baru. Ketika
terbangun kulihat waktu sudah menunjukkan pukul 3 dini hari. Pram lalu
kubangunkan karena aku harus pulang. Namun dia bilang dia masih mau
menyetubuhiku sekali lagi sebelum pulang. Lalu dengan romantis Pram
kembali mencumbuku untuk kemudian memasukkan kontolnya kembali di
memekku. Akhirnya kami berdua mencapai orgasme, aku sengaja tidak
membersihkan memekku karena aku tahu suamiku suka melihat memekku masih
basah oleh sperma laki-laki lain yang baru bersetubuh denganku.
Kami sampai di rumah pukul setengah lima. Dan Pram meninggalkanku di
pintu depan. Dia bilang dia akan mengusahakan untuk datang ke kotaku
sesering mungkin. Ketika aku masuk kudapati suamiku masih lelap
tertidur. Perlahan aku naik ke ranjang dan kudekatkan memekku di muka
suamiku. Dari memekku, sperma Pram menetes keluar membasahi wajah
suamiku, suamiku terbangun dan tersenyum melihatku. Lalu tanpa banyak
omong dia langsung menjilati memekku yang sangat basah oleh sperma Pram.
Setelah bersih, aku lalu memasukkan kontolnya ke memekku. Sambil
bercinta, suamiku minta aku menceritakan kejadian tadi malam. Suamiku
bilang gimana kalau kapan-kapan ajak Pram untuk bermain bertiga. Aku
bilang nanti aku coba hubungi dia. Akhirnya suamiku pun kembali mencapai
ejakulasinya dan menambah sperma di dalam memekku dengan miliknya,
tercampur dengan sperma Pram.
Atas permintaan suamiku aku menghubungi Pram melalui telepon,
mengundangnya untuk datang ke rumah kami. Awalnya Pram agak segan untuk
bertemu suamiku, namun aku berusaha meyakinkan bahwa suamiku sudah
mengetahui semua yang kita lakukan dan dia malah menyetujuinya.
Kutambahkan bahwa dengan demikian maka kesempatan kita untuk bertemu
semakin besar karena bisa dilakukan kapan saja jika waktu dan kesempatan
memungkinkan. Akhirnya Pram setuju dan akan meneleponku terlebih dahulu
sebelum datang.
Selang beberapa minggu kemudian barulah aku menerima telepon dari Pram
mengabarkan bahwa dia akan datang pada akhir minggu ini, bertepatan
dengan long weekend (hari libur nasional yang berdempetan dengan hari
minggu). Saat itu juga aku langsung menelepon suamiku yang masih di
kantor tentang rencana Pram yang akan datang berkunjung. Suamiku lantas
mengusulkan bagaimana jika kita sekalian berlibur keluar kota bersama,
mumpung long weekend. Aku bilang aku sih setuju saja, asalkan Pram juga
setuju. Suamiku bilang kalau dia akan booking kamar dari sekarang,
soalnya kalau tidak, susah dapat hotel di saat long weekend.
Akhirnya, hari Sabtu yang ditunggu tiba. Pram datang sekitar jam 11
siang. Saat itu anakku masih di sekolahnya dan baru akan pulang sekitar
jam 12-an, sementara suamiku masih di kantor. Aku langsung menyambut
Pram dengan pelukan kangen dan Pram balas memelukku, lalu lantas mencium
bibirku. Namun meskipun hasratku begitu menggebu untuk segera making
love dengan Pram, aku harus menahan diri karena sebentar lagi anakku
segera datang. Pram lalu kemudian pamit untuk pergi ke kamar mandi untuk
membersihkan badannya selepas perjalanan jauh dari kotanya.
Aku sendiri kemudian menyiapkan makan siang untuk Pram dan keluargaku.
Sekitar jam 12 anakku sampai di rumah. Aku lalu perkenalkan Pram sebagai
teman ayahnya. Pram cepat akrab dengan anakku. Setengah jam kemudian
suamiku datang dari kantor dan aku langsung mengajaknya ketemu Pram.
Sebenarnya suamiku sempat mengenal Pram, itu dulu ketika aku masih
pacaran sama Pram aku sebenarnya sudah mengenal suamiku sekarang ini,
tapi saat itu hanya sebatas teman. Dan dalam satu kesempatan aku sempat
mengenalkan Pram sebagai pacarku kepada suamiku. Tapi saat itu mereka
hanya saling bertegur sapa dan tidak berkenalan lebih jauh.
Suamiku lantas menyapa Pram, yang kelihatan agak canggung. Namun
kemudian aku mengajak mereka untuk bersama makan siang. Di meja makan
suamiku aktif memulai pembicaraan, namun umumnya yang dibahas sekitar
masalah bisnis dan politik secara umum. Setelah makan selesai, terlihat
kekakuan sudah mulai mencair. Sementara aku membereskan meja makan,
mereka berdua lalu melanjutkan obrolan mereka sambil merokok di beranda
rumah. Kelihatannya mereka berdua sudah mulai akrab, kerena sesekali
tawa lepas mereka terdengar. Belakangan aku tahu bahwa mereka
membicarakan aku, tentang betapa hot-nya aku di ranjang.
Selepas pukul tujuh malam setelah kami selesai berkemas, kami berempat
(termasuk anakku) dengan menggunakan sebuah mobil kijang pergi menuju ke
sebuah tempat di luar kota, ke hotel yang telah kami book sebelumnya.
Sengaja kami memilih waktu agak malam untuk menghindari macet yang
biasanya terjadi di sore hari. Suamiku yang menyetir mobil, dan Pram di
kursi depan. Aku dan anakku duduk di jok tengah. Setelah satu jam
perjalanan anakku mulai tertidur mungkin karena siangnya dia tidak tidur
maka dengan cepat ia terlelap.
Sementara itu obrolan diantara kami sudah mulai terhenti, mungkin karena
kehabisan topik. Suamiku dengan penuh konsentrasi mengemudikan
kendaraannya, dan Pram menatap lurus ke arah depan. Sementara itu aku
mulai merasakan memekku gatal, karena menahan hasrat dari siang. Aku
lalu berinisiatif mengulurkan tanganku ke depan dan memeluk Pram dari
belakang. Pram awalnya merasa enggak enak dan melihat ke arah suamiku,
seolah minta persetujuan. Suamiku tersenyum dan memberikan isyarat bahwa
dia setuju. Pram lalu sedikit merebahkan kursinya dan aku lantas mencium
bibirnya dari arah belakang. Dengan kepala tersandar aku mulai melumat
bibir Pram dan dibalas Pram dengan mengulum lidahku.
Kedua tanganku menelusup ke balik kemeja Pram dan mulai mengusap kedua
putingnya. Sementara itu Pram lantas melingkarkan kedua tangannya
kebelakang dan meremas pantatku dengan erat. Tak lama tangan Pram
menelusup ke balik rok dan mengelus pahaku dengan lembut. Perlahan
tangannya bergerak semakin ke atas, kurasakan jari-jarinya menyibakkan
tepian celana dalamku dan mulai menyentuh bibir memekku. Jarinya lalu
memainkan klitorisku dan sesekali memasukkan jarinya ke lubang memekku
yang sudah basah. Tanpa melepaskan ciuman, Pram terus memainkan
jari-jarinya di memekku sampai satu saat aku merasakan kalau orgasmeku
tak terbendung lagi. Sambil menahan suaraku, aku melumat bibir Pram
sekeras mungkin dan mendekapkan kedua pahaku seolah tangannya jangan
sampai terlepas dari memekku. Dan ketika orgasmeku mulai pudar nafasku
sungguh tak beraturan. Ketika aku melirik ke arah suamiku, dia hanya
tersenyum.
Beberapa saat kemudian masih dari arah belakang, aku membuka ikat
pinggang Pram dan menelesupkan tanganku ke balik celananya. Kurasakan
kontol Pram yang memang lebih besar dari punya suamiku menegang dengan
keras sekali. Lalu dengan sedikit berjongkok dari arah belakang aku lalu
mendekatkan bibirku ke arah kontol Pram. Aku lantas mulai mengulum
kontol Pram. Sementara itu suamiku hanya bisa menyaksikan dari sudut
matanya, karena ia harus mencurahkan konsentrasinya ke jalan. Setelah
beberapa lama mengulum kontolnya dan menggerakannya keluar masuk
mulutku, Pram berbisik kalau dia udah mau nyampe alias ejakulasi.
Aku lalu mempercepat gerakan kontolnya keluar masuk bibirku, lalu tak
lama Pram mulai melenguh dan memuncratkan sperma-nya yang hangat di
mulutku. Saking banyaknya, sebagian dari sperma Pram menetes membasahi
pinggiran bibirku. Aku kemudian menelan sperma Pram. Suamiku tersenyum
kepada kami berdua dan hanya bisa bilang wow. Aku lalu mencium bibir
suamiku (dengan sisa-sisa sperma Pram yang masih menempel di bibirku)
sambil berbisik aku bilang terima kasih.
Tak lama kami tiba di hotel tujuan kami. Rupanya suamiku memesan dua
kamar yang dilengkapi connecting door, bersebelahan untuk memudahkan
akses dari satu kamar ke yang lainnya. Sementara suamiku membereskan
administrasi hotel aku dengan menggendong anakku yang masih tertidur
naik ke lantai 3 bareng dengan Pram. Lalu aku masuk ke kamarku dan Pram
ke kamar sebelahnya. Setelah menidurkan anakku di ranjang dan
membereskan barang bawaan kami, aku lalu pergi ke kamar mandi dan mulai
mengisi bathtub. Kemudian sambil berendam aku memainkan memekku.
Meskipun di mobil aku sempat orgasme, rasanya memekku masih ingin
merasakan dimasuki kontol.
Tak lama suamiku mengetok pintu kamar dan dengan hanya melilitkan
handuk, aku membuka pintu. Rupanya suamiku sudah tidak tahan menyaksikan
adegan yang tadi aku lakukan di mobil dengan Pram. Maka dengan bernafsu
ia langsung mencium bibirku dan membuka bajunya. Lalu kami pergi ke
bathtub. Suamiku berbaring di bathtub dan aku langsung menaiki badannya.
Baik aku dan suamiku sudah sama-sama terangsang, sehingga tanpa
pemanasan aku langsung memasukkan kontol suamiku ke memekku. Namun hanya
beberapa goyangan pantatku suamiku langsung memuntahkan spermanya di
dalam memekku. Aku sendiri merasakan orgasmeku makin jauh. Namun aku
bisa memahami kondisi suamiku. Suamiku kemudian terkulai lemas di
bathtub dan setelah membersihkan memekku aku bilang kalau aku mau ke
kamar sebelah. Suamiku hanya menggangguk setuju.
Setelah mengeringkan badanku dengan handuk, aku kemudian memakai celana
dalam tipis berenda berbentuk kupu-kupu yang memperlihatkan memekku
secara berbayang, setelah itu aku mengenakan baju tidur satinku yang
juga tipis dan memperlihatkan lekuk tubuhku tanpa bra. Kemudian melalui
connecting door aku masuk ke kamar Pram. Kulihat Pram dengan hanya
menggenakan celana pendek tanpa baju sedang berbaring di ranjang
menonton televisi. Aku kemudian berdiri di depan televisi, menghalangi
pandangan Pram ke televisi.
Pram tersenyum dengan mata yang tak berkedip menatap seluruh liku
tubuhku. Dengan masih dalam posisi berdiri, aku pejamkan mataku dan
mulai mengusap payudaraku dari luar pakaianku. Lalu tanganku bergerak
keseluruh tubuhku, menelusuri halusnya kain satin yang aku kenakan.
Perlahan tanganku mulai menyentuh memekku yang masih terbungkus pakaian.
Lalu kemudian kurasakan tangan Pram memeluk tubuhku. Ketika kubuka
mataku, kulihat Pram sudah duduk dipinggir ranjang dan mulai meremas
kedua bongkahan pantatku. Lalu kemudian Pram menyenderkan kepalanya ke
arah perutku. Perlahan tangannya bergerak ke atas dan membuka dasterku.
Akhirnya dasterku terlepas meluncur ke bawah dan aku kini hanya
mengenakan celana dalam kupu-kupuku.
Kedua tangan Pram kini meremas kedua payudaraku sementara mulutnya
mencium perut dan pusarku. Sungguh sangat membuatku makin terangsang.
Lalu Pram mulai mengulum puting payudaraku dan mengisapnya bergantian.
Setelah beberapa lama dan memekku sudah terasa sangat basah, Pram lalu
menurunkan ciumannya dari payudaraku, perlahan bergerak ke bawah, kearah
perutku lalu ke arah selangkanganku dan menjilat bagian pinggir celana
dalamku. Masih dalam posisi berdiri aku merasasemakin tidak tahan dan
mulai meremas rambut Pram dengan gemas. Pram lalu menarik tubuhku,
menelentangkanku di atas ranjang. Lalu kemudian perlahan dia membuka
celana dalamku dan mulai menjilat klitoris dan memekku.
Kali ini aku tidak menahan suaraku lagi seperti waktu di mobil, dan
tanparagu-ragu mulai mengeluarkan erangan seiring dengan kenikmatan yang
makin kurasakan. Dan ketika kurasakan orgasmeku hampir mendekat aku
tarik Pram sambil minta untuk memasukkan kontolnya sekarang juga. Lalu
Pram membuka celananya dan lalu naik ke atas ranjang. Kini kontolnya
yang besar sudah tegak mengacung, aku sungguh tak tahan untuk tidak
mengulumnya walau sebentar. Setelah itu Pram mulai mengarahkan kontolnya
ke memekku dan menggesekkan bibir luar memekku, dan dengan satu gerakan
keras Pram langsung membenamkan seluruh kontolnya ke dalam memekku.
Karena memekku sudah sangat basah dan baru saja dimasuki kontol suamiku
maka seketika kontol Pram langsung masuk. Sungguh suatu kenikmatan yang
tak terhingga. Lalu dengan keras dan cepat Pram memompa menggerakkan
kontolnya keluar masuk memekku. Dalam kenikmatan yang makin memuncak aku
terus berkata, ayo Pram gerakin yang cepet, aku udah mau nyampe…
Akhirnya orgasmeku tiba dan kulingkarkan kakiku ke pinggang Pram dan
menguncinya dengan erat. Pram mengimbanginya dengan membenamkan
kontolnya sedalam mungkin ke memekku. Lalu aku terkulai lemas dan mulai
menata nafasku.
Pram ternyata belum sampai. Pram lalu mencabut kontolnya dari memekku
dan memintaku berbaring telungkup. Aku lalu telungkup sambill memeluk
bantal di kepalaku. Lalu Pram mencium rambutku, kemudian turun ke arah
punggungku. Lidahnya bergerak menjilati punggungku yang basah oleh
keringat. Lalu ketika tiba di kedua bongkahan pantatku, Pram dengan
lembut menggigit dan mengisap buah pantatku dan meninggalkan bekas merah
setelahnya. Lalu kemudian lidahnya turun ke sela pantatku, dan mulai
menjilat anusku. Sesekali memasukkan ujung lidahnya ke dalam lubang
anusku. Lalu kemudian menjilat garis memekku dari arah anus sampai
klitorisku. Demikian berulang naik turun sampai kemudian gairahku
menggebu lagu. Pram lalu memintaku menungging dan perlahan memasukkan
kontolnya dari belakang.
Terus terang ini adalah gaya favoritku karena gesekan kontol bisa lebih
terasa sampai menyentuh mulut rahimku. Biasanya suamiku tidak bisa tahan
lama dengan gaya ini. Namun Pram sungguh lain, sebab sudah lebih
setengah jam dia masih kuat menahan ejakulasinya. Sampai akhirnya dia
bilang kalau dia udah mau sampai. Aku bilang ayo Pram gerakin yang
cepet, dan minta supaya ejakulasi di dalam memekku. Aku sendiri tidak
khawatir hamil karena aku ikut KB. Lalu Pram kemudian menggerakkan
kontolnya makin cepat dan kemudian kurasakan semprotan spermanya yang
hangat di memekku. Aku sendiri kemudian mencapai orgasmeku yang kedua
pada saat yang hampir berbarengan. Setelah itu dengan mendekapku dari
belakang dan dalam keadaan telanjang kami berdua tertidur.
Pagi hari antara sadar dan tidak kurasakan sesuatu yang geli di memekku,
ketika kulihat ternyata Pram sedang menjilati memekku. Sekilas kulihat
jam di meja sudah menunjukkan jam setengah lima pagi. Sambil tersenyum
aku kembali memejamkan mataku dan mulai menikmati jilatan lidah Pram di
memekku. Tanganku meremas kedua payudaraku mengimbangi kenikmatan di
memekku. Lantas Pram bergerak ke atasku, melumat bibirku dan mulai
memasukkan kontolnya kembali. Kali ini kami menikmati persetubuhan
dengan pelan dan dengan bibir yang terus saling berciuman, suasana
terasa lebih romantis. Justru karena suasana itu baik Pram maupun aku
tak bisa menahan orgasme terlalu lama, sehingga kemudian Pram kembali
menumpahkan spermanya di dalam memekku.
Setelah itu aku tak mau anakku terbangun dan mendapati ibunya tidur di
kamar lain. Jadi aku cepat-cepat memakai dasterku tanpa mengenakan
celana dalam aku kembali ke kamarku dan suamiku. Bunyi pintu rupanya
membangunkan suamiku, ketika dia melihatku datang dia memberi isyarat
untuk mendekat kepadanya. Lalu tanpa berkata apa-apa dia langsung
menyibakan dasterku dan memintaku untuk duduk di atas wajahnya yang
terlentang di kasur. Lalu kemudian dia mulai menjilati memekku yang
masih basah oleh sperma Pram. Dengan bernafsu dia menjilati cairan
memekku yang telah bercampur dengan sperma Pram yang menetes keluar dari
memekku.
Setelah puas suamiku mengajakku ke kamar mandi dan memintaku menungging
di wastafel. Lalu dia memasukkan kontolnya ke dalam memekku dan tak lama
ikut mengisi memekku dengan spermanya tercampur dengan sperma Pram.
Setelah suamiku kembali ke kasur, aku kemudian membersihkan memekku lalu
menyusul suamiku di ranjang.
Langganan:
Komentar (Atom)
























